SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID - Yuta Endang Pujiastuti (61) atau biasa disapa Tante Yuta merupakan wanita tangguh berusia senja. Perempuan asal Kota Semarang itu membangun usaha kue semprong resep kuno warisan orang tua, saat usianya tak lagi muda.
Memasuki usia 53 tahun pada 2017, Yuta memulai perjalanan bisnisnya dengan resep kue semprong khas Semarang. Ide bisnisnya berawal dari pengalaman memasak ibunya, yang secara perlahan mengembangkan minat Yuta pada kuliner tradisional.
“Jadi waktu itu, saya menemukan kardus berisi buku-buku resep. Bukunya terlihat sudah kuno, warnanya sudah cokelat, dan mau robek. Di situ ada resep kue semprong itu,” terang Tante Yuta di Rumah BUMN Semarang, Jumat (14/3/2025).
“Sekira tahun 2000, waktu itu ibu saya terus buat kue semprong dan dicicipkan ke saudara, teman, tetangga. Awalnya tidak jual, hanya dicicipkan ke saudara-saudara terus disarankan untuk dijual, dan ternyata diminati,” lugasnya.
Namun kala itu Yuta belum tertarik mengembangkan bisnis sendiri, karena masih bekerja sebagai karyawan salah satu perusahaan di Semarang. Hingga pada 2017, dia merasa jenuh hingga memutuskan keluar kerja dan mengawali usaha di rumah.
“Akhir 2017 itu menjadi awal saya mulai usaha sendiri. Awalnya saya bergabung dulu di Rumah BUMN BRI (RBBRI) Semarang. Malah belum punya usaha, sampai akhirnya kumpul dengan teman-teman kok pada punya bisnis sendiri-sendiri,” terang dia.
“Hingga saya terpikir mulai ikut usaha juga. Dan langsung ingat dengan buku resep kuno dalam kardus itu. Dari situ, usaha kue semprong yang saya jalani mulai dikenal. Pada 2018 langsung menang juara 1, Lomba Ketahanan Pangan yang diselenggarakan Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang,” lanjutnya.
Kue Semprong Pipih
Kue semprong buatan Yuta memiliki keunikan tersendiri dibandingkan kue semprong pada umumnya. Jika biasanya semprong berbentuk gulungan atau silinder, kue semprong Yuta hadir dengan bentuk pipih gepeng seperti lembaran tipis.
Inovasi ini tidak hanya membuat tampilan lebih modern dan menarik, tetapi juga memberikan pengalaman rasa yang lebih renyah dan berbeda. Selain itu, Yuta menggunakan tepung mocaf yang dinilai lebih sehat ketimbang tepung terigu.
“Mocaf itu terbuat dari singkong. Tepung mocaf untuk kue semprong ini bikin jadi lebih renyah. Inovasinya tidak hanya pakai bahan mocaf tetapi juga bentuknya kita beda. Tidak digulung atau dilipat. Tapi bentuknya lingkaran dan pipih lembaran. Kita tampil beda,” ulas dia.
Selain memberikan pengalaman baru bagi pecinta kue tradisional, inovasi bentuk ini juga membuat kue semprong lebih mudah dikemas dan dijadikan oleh-oleh khas Semarang.
Aman untuk Anak Autis
Saat ini, kue semprong buatan Yuta tersedia dalam lima varian rasa, yaitu original, bumbu steak, teh ginger, cheese, dan coconut sugar. Dari lima rasa tersebut, varian original tetap menjadi favorit utama pelanggan. Namun, anak-anak lebih menyukai varian cheese karena rasanya yang gurih dan lembut.
Tidak hanya menawarkan bentuk unik, kue semprong buatan Yuta juga ramah bagi anak-anak dengan kondisi autisme. Dengan menggunakan tepung mocaf sebagai bahan utama, produk ini menjadi camilan yang rendah gluten.
“Dulu gluten-free itu belum banyak dikenal. Tapi sekarang sudah banyak yang mencari makanan gluten-free, terutama untuk anak-anak autis. Ini karena protein gluten bisa memengaruhi kondisi anak autis, sehingga banyak orang tua yang selektif dalam memilih makanan untuk mereka,” jelasnya.
Banyak orang tua anak autis yang kini mulai mencari camilan alternatif tanpa gluten, dan kue semprong Yuta menjadi salah satu pilihan mereka. Dengan tekstur renyah dan rasa yang khas, produk ini memberikan solusi bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan berbasis tepung terigu.
Pasar Ekspor
Melalui program Rumah BUMN yang diinisiasi BRI, Yuta mendapatkan berbagai pelatihan, pembinaan, dan pameran. Program ini juga memberikan akses pasar yang lebih luas, sehingga kue semprong buatannya kini dikenal di berbagai negara. Dengan kegigihan dan ketekunan, Yuta berhasil menembus pasar ekspor setelah 7 tahun membangun usaha kue semprong.
“Kalau untuk pasar kita lokal dan nasional. Terus kalau keluar saya pernah kirim ke Kanada, cukup banyak waktu itu 1.000 pcs lebih. Terus ke Belgia, Meksiko, Turki juga kirim, masih banyak negara lainnya. Pernah kirim juga Australia. Kalau Jepang masih sampel, terus siap ke Singapura pernah kirim beberapa kali,” tandasnya.
Yuta menuturkan bahwa usia bukanlah halangan untuk meraih kesuksesan. Dengan semangat dan tekad yang kuat, kue semprong khas Semarang buatannya kini berhasil menggoda lidah tiap negara, mengukir prestasi dan kebanggaan bagi Indonesia di kancah internasional.
Sementara itu, Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menyampaikan tengah membina lebih dari 7.000 UMKM dari berbagai daerah di Jawa Tengah. UMKM bisa bergabung secara gratis dan mendapatkan beragam pelatihan agar lebih berkembang.
“Untuk kegiatan di sini di antaranya adalah pelatihan-pelatihan. Rumah BUMN Semarang ini milik BRI ada 54 titik di seluruh Indonesia. Tujuannya yaitu agar UMKM bisa go modern, go online, go digital, dan terakhir go export atau go global,” tegas perempuan yang akrab disapa Tia tersebut.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait