get app
inews
Aa Text
Read Next : 9 Tips Jaga Kesehatan bagi Calon Jamaah Haji Lansia

Cerita Ratusan Lansia Indonesia Tinggal di Jerman: Jauh dari Tanah Air Tanpa Anak Cucu

Senin, 01 Agustus 2022 | 13:56 WIB
header img
Cerita Ratusan Lansia Indonesia Tinggal di Jerman: Jauh dari Tanah Air Tanpa Anak Cucu (Foto-foto: Ist)

JERMAN - Menjalani hidup sebagai lansia (lanjut usia) di negeri orang adalah satu tantangan tersendiri. Jauh dari Tanah Air bahkan hidup sendiri tanpa didampingi anak, cucu, atau keluarga.

Namun demikian, di tengah kondisi tersebut justru kemandirian, kekeluargaan, dan semangat tolong-menolong muncul dari para lansia yang tergabung dalam organisasi Selindo (Senioren Lansia Indonesia). Pada 30 Juli 2022 bertempat di Wisma Indonesia  Frankfurt, organisasi para diaspora lansia yang tinggal di Jerman ini merayakan hari jadi ke-9.

Tidak kurang 110 diaspora lansia dengan rata-rata usia lebih dari 70 tahun dari berbagai kota  di Jerman seperti Aachen, Munchen, Bremen, Stuttgart, Mainz, Kassel, Dusseldorf, Darmstadt hadir dan meramaikannya. Selain berbagai kegiatan yang bersifat hiburan (seperti menyanyi, peragaan busana) untuk memperkuat persaudaraan di antara para lansia di Jerman.

Acara juga diisi dengan diskusi seputar permasalahan kesehatan yang jamak dihadapi oleh para lansia yakni : antisipasi dimensia dengan narasumber Dr. Urlich Hartmann, pemeliharaan diri pada lansia oleh Dr. Howard Soekamto, Alzheimer dan pengaruh jantung oleh Dr. Muller dan Dr. Yuda Yadna.

Ketua Selindo, Rusdin Sumbajak, dalam sambutannya menjelaskan bahwa sudah 9 tahun Selindo menjadi organisasi ´dari, oleh, dan untuk´ lansia di Jerman. Banyak juga diaspora lansia yang tidak beruntung, harus hidup sendirian dalam masa tua di Jerman.

Hal itu dikarenakan tidak beruntung mendapatkan partner hidup jadi tetap sendiri, atau telah duluan ditinggal sendiri oleh suami atau istri sebagai partner hidup. Hidup bersama anak-anak yang sudah dewasa atau sudah berkeluarga, apalagi dapat menantu orang Jerman untuk hidup bersama adalah sangat jarang atau tidak mungkin. Sifat indivudu yang dominan dan ketat dari masyarakat Jerman umumnya adalah penyebabnya.

Oleh karena itu pemerintah ataupun pengadilan di Jerman sangat memperhatikan kehidupan kesendirian warganya. Di mana tidak akan dibiarkan bagi yang tidak mampu lagi hidup sendiri, akan disalurkan ke rumah jompo.

Pemerintah Jerman juga akan menolong warga Indonesia, walaupun masih WNI tapi sudah pernah mempunyai visa parmanen seumur hidup. Bahkan, beberapa warga Selindo telah tinggal menetap di Alten Heim (Rumah Jompo) Jerman. Meskipun, uang pensiunnya tidak cukup untuk bayar biaya Alten Heim, sehingga kekurangannya akan dibayar Jawatan Sosial/Pemerintah.

Ada beberapa warga Selindo yang tidak sanggup tinggal di Alten Heim, dan selalu kabur ke rumahnya. Dalam masa percobaan, bisa juga diambil sistem perawatan di rumah, kalau Flat atau rumahnya masih bisa dipertahankan.

Terutama bagi warga yang sudah sakit pikun (Demenz), maka dokter yang merawat bersama ansuransi dan Jawatan Sosial Pemerintah, akan mengupayakan perawatan di rumah bersangkutan. Petugas akan datang tiga kali sehari ke rumahnya, untuk memberikan makanan dan obat-obat, termasuk membersihkan rumah.

Keberadaan Selindo, untuk menjembatani pelayanan perawatan d irumah bagi yang sangat membutuhkan. Secara rutin Selindo mengadakan makan siang bersama setiap 3 bulan. Bagi yang berulang tahun selama 3 bulan itu, juga akan dirayakan bersama. Juga kegiatan piknik bersama, hingga menyanyi dan menari menjadi kegiatan rutin.

Warga Selindo yang semakin tua rawan terserang penyakit pikun (Demenz). Oleh karena itu Selindo akan berkerjasama dengan Alzheimer Indonesia di Jerman (ALZI Jerman), sebagai bagian dari  Yayasan Alzheimer Indonesia.

“Untuk sementara juga sebagai Korwil ALZI Jerman & Friends adalah saat ini juga saya sendiri. Hubungan dengan Yayasan Alzheimer Deutschland Frankfurt E.V: juga sudah dijalin, Pimpinan Ketuanya Herr Müller telah menyatakan kesediaanya untuk berkerja sama dengan ALZI Jerman dan Selindo, yang juga hadir dalam pertemuan tahunan,” kata Rusdin.

Dengan semangat persamaan dan penghargaan, Selindo membantu memecahkan permasalahan lansia secara bersama-sama. Sebagai contoh, adalah kepedulian Selindo membantu mendampingi  diaspora lansia yang tidak mau tinggal di panti. Dia hidup sendiri di rumah dengan sejumlah permasalahan kesehatan yang menyertainya.

“Melalui pendampingan dari teman-teman di Selindo, dia kemudian mendapatkan bantuan dari pemerintah Jerman berupa fasilitas dan petugas yang bisa merawatnya di rumah yang dimiliki. Seminggu sekali, Selindo rutin menggelar kegiatan untuk menyalurkan hobi dari para diaspora lansia sebagai cara untuk terus beraktivitas secara fisik sekaligus bersosialisasi,” lanjutnya.

Konsul Jenderal RI di Frankfurt, Acep Sumantri, dalam pengantarnya menyampaikan keberadaan Selindo telah mampu membangun dan memperkuat hubungan pertemanan para diaspora lansia di Jerman. Perhatian terhadap kesehatan, hobi, nilai-nilai spiritual yang dikembangkan oleh Selindo mampu menumbuhkan produktivitas para lansia.

“Selindo bersyukur dan berterima kasih bahwa Pemerintah melalui KonJend RI di Frankfurt sangat memperhatikan keadaan dan kondisi para Senioren Lansia di Jerman. Terutama yang kami rasakan saat ini atas perhatian yang sangat baik dari Konjend Acep Somantri saat ini. Sering kami para orang tua beliau anggap sebagai orang tuanya sendiri. Di lain pihak beliau sebagai Konjen adalah bapak kami semua warga Indonesia di Wilayah Konsulat RI Frankfurt,” ungkapnya.

Sementara Maulana Chandrasakti yang juga sebagai wakil ketua pengurus Selindo sebagai salah satu diaspora lansia dengan usia 77 tahun menceritakan dirinya merupakan angkatan pertama dari perawat Indonesia yang bekerja di Jerman sejak 1971. Dari 500 perawat Indonesia seangkatannya saat ini tersisa  kurang lebih 200 orang yang sudah menjalani masa pensiun dan hari tuanya dan kemungkinan sampai akhir hayat akan tetap tinggal di Jerman.

“Selindo seakan menjadi rumah keduanya. Dari hal sederhana seperti menjenguk teman sesama lansia yang sakit dan makan bersama telah memberi semangat untuk terus hidup sehat dan berdayaguna,” pungkasnya.

 

Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut