get app
inews
Aa Text
Read Next : Kejahatan Perdagangan Orang Dibongkar, Polda Jateng Tangkap 29 Pelaku

Jalan Terang Fery Fadli, Pemijat Tunanetra Dibantu KUR Pegadaian Syariah

Jum'at, 05 Januari 2024 | 22:50 WIB
header img
Jalan Terang Fery Fadli, Pemijat Tunanetra Dibantu KUR Pegadaian Syariah (Foto: Taufik Budi)

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Fery Fadli Al Japar (47), seorang pemijat tunanetra asal Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah telah menemukan jalan terang. Bapak dua anak itu mendapatkan bantuan dana Rp10 juta untuk mengganti dipan pasien pijat yang telah rusak dimakan usia.

“Setelah dipakai 20 tahun, akhirnya tempat tidur pasien tersebut bisa diganti. Alhamdulillah,” ujar Fery ketika ditemui di rumah kontrakannya sekaligus tempat praktik pijat tunanetra “Berkah Sehat” Jalan Gaharu Timur Dalam VI Banyumanik Kota Semarang, Senin (1/1/2024).

Fery mengatakan, kucuran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diterima pada 29 Juli 2023 itu sangat berarti baginya. Selain dipan kayu yang lebih bagus, juga digunakan untuk membeli kasur dan sprei agar pasien merasa nyaman ketika terapi pemijatan.

“Yang dipan dulu itu kalau saya memijat sampai bunyi kriyet-kriyet, tapi kini sudah tidak lagi. Pasien juga merasa nyaman, karena tak khawatir jika dipannya ambrol,” lugasnya sambil tertawa.

Tempat praktik pijat berukuran sekira 2,5 x 2 meter persegi juga telah ditutup kain hingga di atas kepala orang dewasa. Lokasinya berada di ruang tamu dengan sekat kain pembatas warna merah, berada tepat di samping pintu masuk.

Sementara pasien yang hendak pijat, disediakan ruang tunggu di teras dengan bangku kayu. Sembari menunggu, para pasien mendapat hiburan kicauan burung Jalak dan Perkutut yang saling bersahutan.

“Burung-burung itu juga peliharaan saya. Saya bisa kok merawat, mulai dari memberi makan, minum, dan membersihkan kotoran di sangkarnya. Buat hiburan, juga menghibur pasien. Kalau ada yang tertarik merawat, bisa juga dibawa,” tutur Fery.

Suami dari Qomariah (46) itu memulai aktivitas sebagai pemijat tunanetra setelah menyelesaikan pelatihan pijat dan anatomi di Temanggung pada 1996. Dia lantas membuka praktik di Ungaran Kabupaten Semarang dan Krapyak Kota Semarang.

“Praktik di Ungaran itu hanya sebulan lalu pindah ke Krapyak. Di sana bertahan 3 tahun. Lalu pada tahun 2000 pindah ke Banyumanik. Sampai akhirnya terbuka jalan mendapatkan KUR Syariah itu pada Juni 2023,” ceritanya.

"Saat itu saya bersama dari teman-teman organisasi penyandang tunanetra, diundang oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan Jateng-DIY). Dari sini, saya awal mengenal Pegadaian," imbuh Fery.

Dari perkenalan itu, Fery mendapat bimbingan untuk mengajukan KUR Syariah dengan kredit ringan. Setelah berdiskusi dengan istrinya, Fery mengajukan permohonan bantuan modal untuk memperbaiki sarana dan prasarana pijat.

“Dikasih tahu jika bisa mengajukan kredit Rp1 juta sampai Rp10 juta. Saya mengajukan Rp10 juta, dan pada Juli permohonannya disetujui. Prosesnya cepat, hanya memerlukan dokumen seperti KTP, KK, surat domisili, dan surat nikah hanya difoto saja,” bebernya.

"Alhamdulillah tidak ada potongan untuk administrasi dan sebagainya. Cuma dipotong angsuran pertama. Dan tidak ada jaminan ke pihak Pegadaian," ungkap Fery.

Dalam sehari, Fery rata-rata bisa melayani pemijatan sekira 5-7 pasien. Dia melayani pijatan untuk merelaksasi seluruh tubuh, mengatasi terkilir, maupun refleksi. Fery juga menyatakan  ketersediaannya untuk dipanggil memberikan pelayanan pijat.

Meski demikian, bapak dari M. Fitrah Ardiansyah (17) dan Alisa Wahyu Rahmawati (14) itu tak pernah mematok biaya khusus untuk terapi pijat.

“Biaya terserah pasien. Silakan saja mau dikasih berapa, nanti pasien yang bisa mengukur atas jasa pijat yang saya berikan. Misalnya refleksi, atau pijat capai badan itu kan biasanya mereka juga sudah pernah di tempat lain. Ada yang memberi Rp50 ribu, juga kadang Rp100 ribu,” lugas dia.

"Bila ada yang membutuhkan bantuan, saya siap berbagi," ujar Fery menutup ceritanya.

Salah satu pasien asal Pudakpayung Banyumanik, Enih Nurhaeni, menyampaikan pengalamannya saat mendapatkan pijatan dari Fery. Dengan durasi pijat sekira 40 menit, perempuan yang sehari-hari sebagai guru SD itu merasa lebih bugar.

"Alhamdulillah, setelah dipijat oleh Pak Fery, pusingnya berkurang, dan pegal-pegalnya juga hilang. Tenaganya pas, tidak membuat sakit-sakit, dan tidak ada lebam di badan setelah dipijat," jelasnya.

Dukung UMKM

Pemimpin Cabang Pegadaian Syariah Kaligarang Semarang, Liza Purnamasari, menegaskan memberi dukungan penuh kepada pelaku UMKM. Terutama untuk membantu UMKM menghadapi tantangan ekonomi pasca-pandemi Covid-19.

“Dengan adanya KUR Syariah ini kita bisa membantu para pelaku usaha, terutama bagi mereka yang membutuhkan penambahan modal usaha. Jenis UMKM bisa berupa yang menghasilkan produk atau jasa. Semua bisa diberi bantuan, yang penting memang ada usaha untuk perputaran ekonomi,” kata Liza.

Dia pun menyebut salah satu kesuksesan implementasi KUR Syariah adalah pada pemijat tunanetra di Banyumanik. Liza menjelaskan bahwa bantuan ini membuktikan efektivitas KUR Syariah dalam membantu UMKM kelas bawah yang masih belum tersentuh oleh bantuan modal untuk pengembangan usaha.

“Syaratnya, yang bersangkutan belum pernah mendapatkan KUR dari lembaga lain, karena memang ini kita satu pintu dari Kementerian Koperasi dan UMKM. Lalu usaha sudah berjalan minimal 6 bulan,” paparnya.

“Kalau untuk kita ada KUR Super Mikro Rp1 juta sampai Rp10 juta, kalau nanti juga naik kelas namanya KUR Mikro Rp10 juta sampai Rp50 juta. Untuk agunan, sebenarnya ya usaha itu. Jadi yang jadi jaminan adalah usaha yang sedang berjalan itu,” tandasnya.

Program KUR Pegadaian Syariah merupakan fasilitas pinjaman kepada pemilik usaha produktif untuk mengembangkan usaha dalam jangka waktu tertentu. Pemohon dapat mengajukan pinjaman dana dalam masa tempo 1 sampai 3 tahun.

“Bunganya itu memang sangat murah, karena disubsidi oleh pemerintah yaitu 0,14% per bulan. Jadi bisa dibilang hanya pokoknya saja yang dikembalikan. Di awal pencarian kredit juga tidak ada potongan biaya administrasi, biaya apa pun tidak ada,” lugas Liza.

Pegadaian Syariah Kaligarang menetapkan target sebesar Rp4,6 miliar untuk disalurkan pada tahun ini. Dengan semangat pemberdayaan UMKM, Pegadaian Syariah Kaligarang berupaya memberikan dukungan penuh bagi pertumbuhan ekonomi lokal.

“Kita akan lebih banyak turun ke lapangan untuk melihat UMKM-UMKM yang mungkin belum tersentuh oleh permodalan seperti ini,” ujarnya.

Pentahelix Collaboration

Pakar ekonomi Universitas Diponegoro (Undip), Esther Sri Astuti, memberikan pandangan kritis terkait program KUR. Menurutnya, dari sekira 65 juta UMKM di Tanah Air baru sekitar 20% yang mendapatkan akses KUR.

Dia juga mengungkapkan bahwa KUR belum sepenuhnya efektif dalam mendukung ekonomi UMKM. Salah satu kendala yang diidentifikasinya adalah tingginya tingkat Non-Performing Loan (NPL) pada kredit mikro, karena syarat mudah tanpa agunan.

"Kalau kreditnya kurang baik ya seperti bagi-bagi uang saja. Masih perlu pembenahan penyaluran, itu pasti," ujarnya.

Esther menilai bahwa pemberian akses kredit keuangan oleh pemerintah merupakan langkah baik untuk mengatasi permasalahan modal bagi UMKM. Namun, dia juga menegaskan bahwa pendekatan ini harus diimbangi dengan pelatihan dan bimbingan teknis.

"Sebenarnya syarat-syaratnya pengajuan KUR sudah oke, tapi memang perlu diberikan bimbingan teknis. Misalnya, UMKM diberikan Rp25 juta, diberikan Rp5 juta dulu, jadi dibagi per termin, tidak langsung semua," paparnya.

“Setelah itu, melihat perkembangan UMKM secara bersamaan dengan pemberian pelatihan dan bimbingan teknis. Apabila sudah terbukti berhasil, baru diberikan Rp5 juta lagi pada termin berikutnya,” lanjut dia.

Direktur Program Indef (Institute for Development of Economics and Finance) itu juga menyatakan bahwa memberikan dana kepada UMKM saja tidak cukup. Pelaku UMKM perlu diajari dan dibimbing untuk mengelola usahanya dengan lebih baik.

"UMKM itu kalau cuma dikasih duit gitu aja enggak bisa. Jadi mereka harus diajari, diberikan bimbingan teknis, diberikan pelatihan, diberikan akses kredit, kemudian diberikan akses pasar. Baru UMKM itu bisa naik kelas," tegasnya.

Esther juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan perusahaan dalam memberikan pembinaan kepada UMKM. Menurutnya, Pentahelix Collaboration, yang melibatkan berbagai pihak dari sektor publik, swasta, akademisi, dan masyarakat, menjadi kunci keberhasilan.

"Ini zamannya kolaborasi, bukan pemerintah sendiri. Karena duit terbatas, terus kemampuan juga terbatas. Lebih ke Pentahelix Collaboration. Kalau perlu gandeng Bank Indonesia, itu juga punya program pengembangan UMKM-UMKM, gandeng juga perguruan tinggi. Pemerintah sebagai regulator memberikan regulasi yang kondusif," tutupnya.

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut