PURWOREJO, iNewsJoglosemar.id – Program umroh gratis untuk guru ngaji berprestasi menjadi salah satu dari tujuh program pokok yang dijanjikan oleh pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Purworejo nomor urut 2, Yuli Hastuti dan Dion Agasi Setiabudi. Dalam debat publik yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Purworejo, Dion menegaskan bahwa program ini bertujuan sebagai apresiasi terhadap guru ngaji yang berjasa dalam membentuk karakter religius masyarakat Kabupaten Purworejo.
Paket program unggulan Paslon Yuli-Dion, yang dikenal dengan nama “Pitulungan,” mengedepankan salah satu poin utama yakni “Religius Masyarakate.” Dalam pidato visi-misinya, Dion menyampaikan bahwa penghargaan berupa umroh gratis ini akan diberikan kepada guru ngaji berprestasi yang memenuhi kriteria tertentu. Selain itu, mereka juga akan mendukung perkembangan pondok pesantren di wilayah Purworejo sebagai bagian dari pembinaan karakter religius di masyarakat.
Namun, meski program ini berfokus pada penguatan religiusitas, Yuli-Dion tidak menjelaskan apakah ada program serupa yang diarahkan untuk pemeluk agama lain. Di Kabupaten Purworejo sendiri, terdapat komunitas agama lain seperti Kristen, Katholik, Budha, Hindu, Konghucu, hingga para penghayat kepercayaan yang juga cukup besar. Hal ini memicu pertanyaan dari sebagian masyarakat terkait inklusivitas program Paslon nomor urut 2 ini.
Dalam sesi tanya jawab, calon bupati nomor urut 1, Yophi Prabowo, mempertanyakan secara kritis mengenai kriteria pemilihan dan anggaran yang disiapkan untuk program tersebut. Yuli Hastuti merespons dengan menjelaskan bahwa mereka telah menyiapkan anggaran sebesar Rp1 miliar per tahun untuk minimal 30 guru ngaji yang akan diberangkatkan umroh setiap tahunnya. “Kriteria akan ditentukan bersama alim ulama, bukan oleh kami sendiri. Kami akan memilih mereka yang telah lama mengajar dan belum mampu untuk berangkat umroh,” ungkap Yuli.
Yuli juga menambahkan bahwa anggaran untuk program kesehatan gratis bagi seluruh warga Purworejo telah disiapkan dengan memanfaatkan dana daerah, sehingga program kesehatan ini dapat dinikmati oleh setiap warga yang memiliki KTP Purworejo.
Namun, penjelasan tersebut dianggap kurang memadai oleh Paslon nomor 1. Yophi mempertanyakan kemampuan keuangan daerah dalam mendanai program umroh secara berkelanjutan dan bagaimana transparansi seleksi penerima manfaat program tersebut. “Kita hanya bisa memberikan hibah ke Kemenag. Jadi, anggaran seharusnya jelas karena program visi misi juga harus mendidik,” ujar Yophi.
Wakil dari Paslon Yophi-Lukman, yaitu Lukman Hakim, turut menanggapi dengan mempertanyakan data mengenai jumlah guru ngaji. Menurutnya, koordinasi seharusnya dilakukan dengan Kementerian Agama (Kemenag) yang memiliki data lengkap mengenai guru agama dan guru ngaji, bukan melalui tokoh agama lokal.
Sebelumnya, dalam acara konsolidasi yang digelar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada 24 Oktober 2024, Dion menyebutkan informasi yang disampaikan oleh Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Purworejo, KH Khabib Soleh, bahwa di Kabupaten Purworejo terdapat sekitar 3.400 guru ngaji. Berdasarkan perhitungan, dengan anggaran Rp1 miliar per tahun dan biaya umroh reguler per orang berkisar Rp25-30 juta, maka hanya sekitar 37 guru ngaji yang dapat diberangkatkan setiap tahun.
Jika dihitung secara akumulatif, selama lima tahun kepemimpinan, program umroh Yuli-Dion hanya akan memberangkatkan sekitar 185 orang guru ngaji. Angka ini jauh dari jumlah total guru ngaji di Purworejo yang mencapai 3.400 orang, sehingga masih ada sekitar 3.215 guru ngaji yang belum terfasilitasi.
Menanggapi permasalahan anggaran ini, masyarakat menilai Paslon Yuli-Dion perlu memberikan keterangan lebih rinci tentang kriteria pemilihan guru ngaji yang akan diberangkatkan umroh dan bagaimana alokasi anggaran tersebut akan dikelola. Hal ini penting untuk menjamin transparansi program dan mencegah ketidakpuasan di kalangan guru ngaji yang merasa tidak terfasilitasi.
Ke depan, publik Kabupaten Purworejo berharap agar janji program umroh gratis ini bisa terlaksana secara adil dan menyentuh sebanyak mungkin guru ngaji sesuai dengan visi “Pitulungan” yang dikedepankan oleh Paslon Yuli-Dion.
Editor : Enih Nurhaeni