Bengkel Hijrah Iklim Digelar, Perkuat Peran Umat Islam dalam Transisi Energi Berkeadilan

SALATIGA, iNEWSJOGLOSEMAR.ID – Bengkel Hijrah Iklim (BHI), program pelatihan kepemimpinan lingkungan bagi generasi muda Muslim, memasuki tahun ketiganya. Sebanyak 20 peserta dari berbagai daerah di Indonesia telah terpilih untuk mengikuti pelatihan ini. Program ini merupakan inisiatif dari Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC), sebuah kolaborasi umat Islam yang berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan di Indonesia.
Aldy Permana, Project Leader BHI dari Purpose, menyampaikan bahwa pelatihan tahun ini mengangkat tema transisi energi berkeadilan. “Selama hampir satu minggu, peserta akan mendalami konsep transisi energi berkeadilan dalam perspektif Islam, mempelajari manajemen kampanye, serta memahami cara menangkal misinformasi dan disinformasi terkait isu lingkungan. Selain itu, mereka juga akan mengeksplorasi peran filantropi Islam dalam mendukung transisi energi berkeadilan,” jelas Aldy.
Para peserta BHI berasal dari latar belakang dakwah dengan rentang usia 23 hingga 40 tahun. Selain berprofesi sebagai ustadz dan ustadzah, beberapa peserta juga dikenal sebagai penulis, komikus, serta influencer di media sosial. “Riset Purpose menunjukkan bahwa umat Islam cenderung lebih mempercayai pemimpin agama dibandingkan pemerintah dalam isu lingkungan. Oleh karena itu, kami ingin membekali mereka dengan pemahaman yang kuat agar bisa menjadi penggerak diskusi lingkungan di komunitas mereka,” tambahnya.
Salah satu fasilitator, Qaem Aulassyahied dari Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, menekankan pentingnya memahami fikih transisi energi berkeadilan. “Kita perlu membumikan konsep Islam yang berkaitan dengan lingkungan dan bagaimana manusia berinteraksi dengannya. Jika tidak, isu-isu ini akan sulit dipahami oleh masyarakat,” ujarnya.
Reka Maharwati dari Enter Nusantara, fasilitator lainnya, berbagi pengalaman mengenai inisiatif Sedekah Energi di Yogyakarta dan Lombok. “Kami mengajak peserta untuk mengeksplorasi konsep Green ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf), serta bagaimana filantropi Islam dapat berkontribusi dalam isu lingkungan. Beberapa peserta bahkan telah memulai gerakan seperti sedekah air, sayur, dan bibit,” katanya.
Selain materi utama, peserta juga dibekali dengan keterampilan berkampanye dan pengorganisasian. Didit Haryo Wicaksono dari AktivAsia menjelaskan, “Syiar dan kampanye sebenarnya tidak jauh berbeda. Dalam pelatihan ini, kami mengajarkan prinsip dasar kampanye dan strategi mengorganisir gerakan agar pesan yang disampaikan lebih efektif.”
Setelah pelatihan ini, peserta akan mendapatkan mentoring untuk mengembangkan inisiatif aksi iklim secara mandiri. Mereka juga akan memperoleh dukungan finansial untuk menginkubasi program mereka selama dua hingga tiga bulan. Dengan pelatihan ini, Bengkel Hijrah Iklim berharap dapat melahirkan pemimpin muda Muslim yang mampu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya transisi energi berkeadilan dalam perspektif Islam, sekaligus menginspirasi aksi nyata di komunitas mereka.
Editor : Enih Nurhaeni