SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID — Permasalahan limbah plastik kini diubah menjadi berkah energi oleh nelayan di Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang. Melalui alat inovatif bernama Petasol (Pengolah Sampah Plastik menjadi Solar), sampah plastik yang sebelumnya mencemari lingkungan kini diubah menjadi bahan bakar minyak (BBM) alternatif untuk perahu nelayan.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara PT PLN Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang dan Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kota Semarang, dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup. Pelaksanaannya dilakukan bersama Kelompok Bank Sampah Bahagia di Kelurahan Kemijen, wilayah padat penduduk di Semarang Timur.
Energi Murah dari Sampah
Sampah plastik diolah menggunakan Petasol menjadi solar yang langsung dimanfaatkan oleh para nelayan sebagai bahan bakar perahu. Hasilnya, para nelayan kini memiliki akses terhadap energi murah yang dulunya sulit dijangkau karena mahalnya harga BBM komersial.
“Alat Petasol ini mampu mengolah hingga 100 kg sampah plastik menjadi BBM yang dapat dimanfaatkan langsung oleh para nelayan. Program ini tidak hanya menjadi solusi lingkungan, tetapi juga menjadi jalan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal,” kata Dadan Budiansyah, Officer Community Development PLN Indonesia Power UBP Semarang.
Petasol memberikan manfaat ganda: mengurangi tumpukan sampah plastik yang mencemari lingkungan dan menciptakan energi terbarukan yang langsung digunakan oleh komunitas lokal.
Langkah ini dinilai sangat relevan dengan konsep ekonomi sirkular, di mana sampah tidak dianggap sebagai limbah, tetapi sumber daya yang bisa diolah kembali secara produktif.
Kolaborasi untuk Kemandirian Energi
Program ini menandai bentuk nyata kolaborasi antara lembaga riset, dunia usaha, dan masyarakat akar rumput. Melalui pendekatan teknologi tepat guna, PLN dan BRIDA memberdayakan masyarakat untuk mandiri secara energi.
Menurut Dadan, “Program ini menjadi bukti bahwa sinergi antara dunia usaha, lembaga riset, dan masyarakat bisa melahirkan solusi konkret terhadap masalah lingkungan.”
BBM hasil olahan Petasol bukan hanya alternatif yang lebih terjangkau, tapi juga membantu nelayan bertahan di tengah fluktuasi harga BBM komersial. Bagi nelayan kecil, efisiensi biaya ini sangat signifikan.
Dengan kapasitas olah hingga 100 kg sampah plastik per hari, Petasol mampu menghasilkan solar dalam jumlah cukup untuk keperluan operasional beberapa perahu nelayan.
Program ini menjadi bagian dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dijalankan oleh PLN Indonesia Power. Fokus utamanya adalah pada inisiatif berkelanjutan yang berdampak nyata terhadap masyarakat.
“Kami berharap program ini dapat menjadi pilot project yang bisa direplikasi di wilayah lain, sehingga penanganan sampah tidak hanya berhenti pada pemilahan, tetapi sampai pada tahap pemberdayaan dan pemanfaatan yang produktif,” tambah Dadan.
Dari Limbah Jadi Harapan
Jika terbukti efektif, model ini bisa menjadi solusi nasional dalam pengelolaan sampah plastik sekaligus mengatasi persoalan energi di sektor perikanan. Apalagi, nelayan di berbagai daerah menghadapi kendala serupa.
Dengan pendekatan komunitas, masyarakat menjadi pelaku utama, bukan hanya penerima manfaat. Ini menandai transformasi penting dalam pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat.
Selain aspek teknis dan ekonomi, program ini juga mendorong perubahan pola pikir masyarakat tentang pengelolaan sampah. Kesadaran lingkungan tumbuh bersamaan dengan keterlibatan langsung dalam proses daur ulang.
Petasol bukan hanya alat produksi, tetapi juga simbol perubahan: dari sampah yang merugikan menjadi sumber daya yang menyejahterakan.
PLN Indonesia Power dan BRIDA Kota Semarang membuktikan bahwa inovasi lingkungan bisa menjadi jalan keluar dari dua persoalan sekaligus: sampah dan energi. Program ini tak hanya mengurangi limbah plastik, tapi juga menyalakan harapan baru bagi nelayan kecil.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait