Tak ada seorang pun yang boleh keluar, bahkan seekor lalat pun. Ini artinya para pasukan Ukraina yang bertahan bisa mati secara perlahan.
"Saya saat ini masih hidup dan sehat, tapi kondisinya sangat sulit. Kami kehabisan makanan dan air. Ada sekitar 1.000 warga sipil di pabrik. Saya tak bisa mengatakan ada berapa tentara yang ada di sini. Ada banyak, banyak yang terluka namun tak ada cukup obat-obatan. Luka yang kecil saja bisa berakibat fatal, bahkan tidak ada perban," kata pria 25 tahun itu, dikutip dari The New York Times, Jumat (22/4/2022).
BACA JUGA:
Cegah Kemacetan Arus Mudik, Kapolri Minta Perkantoran Beri Cuti Lebih Awal
"Kami sangat berharap bantuan. Jika tidak ada, kami tidak akan bisa keluar dari pabrik ini. Kami bisa mati di sini dengan senjata di tangan untuk membela Ukraina," ujarnya, dalam wawancara melalui aplikasi Telegram dengan jurnalis.
Kuznetsov juga mengirim video pendek tentang dirinya yang duduk di bunker dengan beberapa tentara. Dia bisa mengakses internet berkat Starlink, penyedia internet satelit milik Elon Musk.
BACA JUGA:
Dor... Detik-Detik Menegangkan Oknum Polisi Ditembak Polisi
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Kamis kemarin melapor kepada Putin, kota yang hancur lebur tersebut sudah sepenuhnya berada di bawah kendali Rusia, kecuali pabrik baja. Zona kendali Ukraina di Mariupol menyempit menjadi bunker-bunker yang menyesakkan di bawah pabrik baja, seperti dihuni Kuznetsov dan tentara lainnya.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto
Artikel Terkait