JAKARTA – Gangguan psikosomatik mulai depresi hingga susah tidur menjai hambatan seseorang mencapai kualitas hidup yang optimal. Kesehatan raga (fisik) dan jiwa (psikis) adalah target utama dalam pencapaian kualitas hidup seseorang.
“Seringkali kita hanya memperhatikan kesehatan fisik, namun menghiraukan kesehatan psikis,” kata dr. Dika Iyona Sinulingga, Ketua Pelaksana Penyuluhan Peningkatan Kualitas Hidup pada Gangguan Psikosomatik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)/RSCM, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, kesehatan psikis sangat penting untuk menunjang kehidupan seseorang. Orang yang menderita gangguan/ sakit secara fisik akan menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari.
“Terlebih apabila timbul gangguan psikis yang terjadi besamaan dengan gangguan fisik yang diderita atau apabila gangguan psikis justru adalah penyebab dari keluhan atau gejala fisik yang dirasakan, atau apa yang disebut dengan gangguan psikosomatik,” jelasnya.
Di antara gangguan psikosomatik yang paling sering dijumpai adalah cemas, depresi, serangan panik, susah tidur, dan lainnya. Gangguan psikosomatik yang tidak dikenali atau tidak diberikan penanganan tepat, dapat menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari dan menyebabkan penurunan kualitas hidup orang tersebut.
“Oleh karenanya, diperlukan penyampaian informasi untuk mengenali gangguan psikosomatik agar dapat mengatasinya sehingga kualitas hidup tetap terjaga baik,” ungkap dia.
Penyuluhan peningkatan kualitas hidup pada gangguan psikosomatik digelar secara hybrid pada Kamis 18 Agustus 2022. Narasumber di antaranya adalah dr. Hamzah Shatri, SpPD, KPsi, MEpid yang merupakan Ketua Tim Pengabdi masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan juga Ketua Divisi Psikosomatik dan Paliatif, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM.
Penjelasan lanjutan dan diskusi dilakukan oleh dr. Vinandia Irvianita SpPD bersama staf lainnya dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Hadir pula Siti Masithoh, Kepala Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.
Kegiatan diikuti 30 peserta terdiri dari komponen aparatur desa dan para kader. Terdapat pula peserta yang hadir secara virtual yaitu para peserta didik PPDS Sp1 dan Sp2 Ilmu Penyakit Dalam FKUI/ RSCM.
“Selain penyuluhan juga dilaksanakan pemeriksan kesehatan berupa pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gula darah sewaktu, dan pemeriksaan HRV (Heart Rate Variability) untuk mendeteksi ketidakseimbangan sistem saraf otonom pada gangguan psikosomatik,” ucap dia.
“Respons positif dan antusiasme yang tinggi sangat tampak dari warga Desa Cibitung Tengah selama acara. Setelah mendengar materi penyuluhan dan mempraktikkan teknik relaksasi yang diajarkan, peserta dan berharap penyuluhan di bidang kesehatan dapat kembali dilaksanakan di Desa Cibitung Tengah,” pungkasnya.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto