get app
inews
Aa Read Next : Dinas Perdagangan Kota Semarang: Sidak Pangkalan LPG Minimal Sebulan Sekali

Berkat Gofood, Penjual Ketoprak Modal Rp100 Ribu Kini Omzet Puluhan Juta

Senin, 31 Oktober 2022 | 23:36 WIB
header img
Sugeng melayani pesanan ketoprak melalui layanan online Gofood. Dengan modal awal Rp100 ribu kini omzetnya puluhan juta rupiah per bulan. (Foto: MPI/Taufik Budi)

SEMARANG – Penjual makanan ketoprak di Kota Semarang Jawa Tengah mengaku sangat beruntung dengan bisa menjajakan dagangan secara online. Memulai bisnis makanan khas Jakarta dengan modal Rp100 ribu, kini omzetnya berkali lipat hingga puluhan juta rupiah per bulan.

“Dulu mulai jualan ketoprak itu sekira tiga tahun lalu. Hanya modal dengkul karena Cuma memiliki uang Rp100 ribu untuk belanja bahan-bahan di pasar. Kita jadikan 20 porsi,” kata Sugeng Asian (42), pemilik lapak online GoFood, Ketoprak Gado Sukses, Senin (31/10/2022).

“Saya dan istri sama sekali tak menyangka, dalam hitungan kurang dari dua jam langsung habis. Hingga kami bisa mengumpulkan uang Rp160 ribu. Artinya dari modal Rp100 ribu bisa untung Rp60 ribu. Lumayan besar, makanya esok harinya saya langsung jualan lagi,” lanjut dia.

Lapak online yang digawangi Sugeng dan istrinya Putu Suryani (40), warga Jalan Taman Durian I 2-3, Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang, semakin berkembang. Setiap hari tangan mereka tak pernah lepas dari ulekan dan cobek.

Dengan terampil, pasutri dua anak itu membuat adonan bumbu ketoprak. Makanan yang terkenal di Jakarta itu dikemas untuk disajikan bagi lidah warga Semarang dan sekitarnya. Sekilas mirip dengan pecel. Bedanya, jika pecel terdiri dari sayuran hijau yang direbus, sementara ketoprak berisi ketupat, bihun, tahu goreng, telur goreng, taoge, dan mentimun.

Bukan perkara mudah, karena bisnis kuliner merupakan hal baru bagi Sugeng dan Suryani. Sugeng awalnya merupakan pekerja proyek bangunan di Jakarta. Sementara istrinya yang berada di Semarang melakoni profesi ibu rumah tangga sembari merawat dua buah hati mereka.

Namun semenjak pandemi Covid-19 datang, Sugeng harus kembali ke Semarang. Sebab, pekerjaan proyek bangunan di Jakarta yang ditekuni sejak lama mulai meredup. Keberuntungan juga belum memihaknya ketika sampai di daerah yang menjadi Ibu Kota Jawa Tengah.

Keahliannya sebagai tukang bangunan tak banyak digunakan warga. Kasus positif aktif Covid-19 melonjak tinggi, hingga warga mesti di rumah dan menghindari kerumunan. Praktis, jasa konstruksi bangunan yang ditawarkan Sugeng juga tak dilirik.

“Untuk menyambung hidup bagi anak dan istri awalnya saya jadi ojek online. Di situ saya juga mendapat permintaan layanan makanan online. Saya mulai belajar. Masa saya harus menjadi pembeli terus, saya juga harus berdagang,” tandas Sugeng.

“Setiap saya mendapat pesanan makanan, saya bertanya-tanya ke pemilik rumah makan, bagaimana kok masih bisa bertahan usahanya. Padahal kan banyak penjual makanan yang tutup karena Covid-19,” lanjut dia.

Pria asal Ngawen Blora ini lantas memutuskan berhenti dari aktivitas ojek online. Dia berembuk dengan istri untuk memulai usaha kuliner. Menurutnya, kuliner adalah salah satu usaha yang masih bisa bertahan meski dihantam badai pandemi.

“Kenapa kuliner bisa bertahan? Karena kita semua butuh makanan. Meski kondisi sakit, ada penyekatan-penyekatan kita tetap butuh makan. Tentu ini juga perlu inovasi karena kondisi di tengah masyarakat telah berubah,” terangnya.

Kuliner ketoprak menjadi pilihan, karena belum banyak ditemukan di Semarang. Tinggal bertahun-tahun di Jakarta, menjadi pengalaman yang cukup untuk mengenal makanan bernama ketoprak. Bahkan, dia hafal cara penyajian agar terlihat cantik dan menggugah selera.

“Bumbunya apa saja, bentuknya bagaimana, termasuk rasa saya sudah hafal. Karena ketika di proyek, ketoprak ini menjadi makanan favorit. Selain harganya terjangkau juga enak. Nah, makanan ini kan mirip dengan tahu gimbal yang ada di Semarang,” lugasnya.

“Kemudian saya bersama istri eksperimen membuat bumbu sambal kacang. Ternyata enak. Kita racik bersama potongan ketupat, bihun, tahu goreng, taoge, malah makin mantap rasanya. Oh iya, ciri khas saya adalah telur gorengnya setengah matang, ini yang enggak ditemukan di tempat lain,” tandasnya.

Mereka semakin terpacu untuk melanjutkan bisnis kuliner. Bukan hanya ketoprak, varian makanan yang dijual kian bervariasi. Gado-gado, tahu gimbal, dan ayam geprek turut dijajakan dalam lapak online.

“Alhamdulillah kini dagangan saya makin banyak jenisnya. Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, namun yang pasti kami tetap menjaga kualitas. Sambal kacang dan porsi tetap sesuai standar awal, tidak ada yang dikurangi,” lanjutnya.

“Banyak pesanan mengalir. Kalau ramai orderan sehari itu bisa mencapai 35 order. Kalau untuk order itu macam-macam, ada yang pesan 20 porsi, kadang juga hanya satu atau dua porsi saja. Yang paling laku ya ketoprak, mungkin ini karena yang paling awal sehingga konsumen sudah langganan,” ujar dia.

Sugeng mengaku sangat terbantu meningkatkan penjualan dengan mengatur promo untuk menarik perhatian konsumen. Melalui aplikasi GoBiz, dia tak hanya menerima pesanan online dari GoFood, tapi juga bisa membuat promo diskon untuk menu tertentu.

“Sekarang saya mengatur sendiri jika ingin pasang diskon, bikin promo-promo. Biasanya konsumen itu sangat tertarik jika ada promo. Makanya ini sangat membantu untuk meningkatkan penjualan. Jadi promo itu bukan hanya dari Gojek, tapi kita juga bisa mengaturnya sendiri,” jelasnya.

“Omzetnya kini dalam sehari bisa mengumpulkan uang Rp600 ribu hingga Rp1 juta. Jadi dalam sebulan itu sekarang sudah Rp30-an juta. Ini usaha rumahan yang sangat menjanjikan, dengan kondisi hanya mengandalkan online, belum melayani makan di tempat. Karena kita di sini status rumahnya juga masih menumpang,” imbuh dia.

Dia mengatakan, bukan hanya omzet yang bertambah namun juga diikuti investasi peralatan memasak di dapur. Bahkan, kini dia dan istri tak lagi mengulek kacang tanah secara manual, karena telah membuat mesin giling kacang.

“Mesin ini untuk membuat sambal, giling kacang goreng. Karena sekarang ini setiap hari minimal menggiling 5 kilogram, jadi kalau diulek manual akan sangat berat. Mesin ini saya bikin sendiri, modifikasi dari mesin giling gading, saya ubah sedikit. Hasil giling kacangnya juga lembut,” tuturnya.

Seorang konsumen, Nurul Aziah, mengaku cocok dengan ketoprak buatan Sugeng. Guyuran sambal kacang tak terlalu kasar dan telur goreng setengah matang menjadi ciri khas makanan yang diracik Sugeng bersama istri.

“Rasanya enak. Ini sudah dua kali pesan. Sangat cocok. Tadi saya pesan dua porsi langsung habis, dimakan sama keluarga,” kata dia.

Head of Regional Corporate Affairs Gojek Central, West Java & DIY, Mulawarman, menyampaikan, Gojek memberikan dukungan kepada pelaku UMKM. Di antaranya melalui pengembangan fitur dan layanan (teknologi) serta memberikan pelatihan yang mendukung untuk pengembangan bisnis umkm (nonteknologi).

Data per Desember 2020, jumlah penambahan mitra usaha GoFood meningkat 90%. Di mana dari 500 ribu mitra menjadi 900 ribu mitra. Kenaikan tersebut diklaim dari pendaftaran mitra GoFood dari home industry (karyawan yang terkena PHK) dan kemudahan akses pendaftaran yang sebelumnya butuh waktu 3 bulan, sekarang menjadi 1 bulan saja.

“Sejak pandemi melonggar, sontak pengembangan usaha UMKM semakin melesat dan optimistis. Terlihat dari banyaknya UMKM yang membuka cabang baru dan kenaikan transaksi seperti sebelum pandemi,” ujar pria yang akrab disapa Mula tersebut.

“Multiplier effect lainnya adalah meningkatnya literacy digital masyarakat dalam menggunakan mode transportasi digital dan cashless society,” pungkasnya. 

 

Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut