SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Waduk Jatibarang Desa Kandri Kecamatan Gunungpati menjadi magnet kuat untuk mengundang wisatawan di tengah riuhnya Kota Semarang. Bukan hanya menyajikan pemandangan alam sembari wisata air, tetapi juga terdapat suguhan atraksi panjat pinang monyet ekor panjang.
Deru mesin perahu beradu keras dengan suara teriakan para wisatawan yang berpegangan erat tepi jok masing-masing. Perahu jenis speedboat itu melaju kencang menyibak air dan meninggalkan barisan buih di kedua sisi sebelum bersatu kembali.
Sesekali perahu melaju meliuk-liuk atau memutar untuk membentuk pusaran air melingkar. Praktis, teriakan penumpang kalah keras dibanding raungan suara mesin ditambah suara air yang terbelah kencangnya laju perahu.
“Seru, sangat seru. Baru kali ini saya ikut wisata air di Waduk Jatibarang. Meski tadi masing-masing penumpang sudah pakai pelampung untuk safety (keamanan), tapi tetap saja kita teriak-teriak,” kata wisatawan bernama Nina Atmasari, Jumat (3/3/2023).
Selama sekitar 15 menit, perahu yang membawa empat wisatawan itu menyusuri waduk seluas 97 hektare tersebut. Indahnya alam dan bukit yang dipenuhi tumbuhan hijau menjadi pemandangan yang menyejukkan mata.
“Jadi biasalah kita perempuan kalau main air gini ya ada rasa ketakutan, tapi secara umum aman. Apalagi kita sudah pakai pelampung, dan nakhoda juga terlihat sangat pengalaman. Terlihat bagaimana mereka bermanuver di air,” terangnya.
“Dan pastinya kita juga selfie-selfie di perahu. Mumpung pemandangan bagus. Biasanya memang saya ini agak paranoid naik perahu, tapi ini tadi saya cukup merasa enjoy,” lugas perempuan yang juga sebagai peserta Puncak Peringatan HPN PWI Jateng dan Lomba Penulisan Pariwisata di Kota Semarang itu.
Dia menjelaskan, wisata air yang dibangun sejak 2010 itu bisa menjadi pilihan destinasi untuk bersantai bersama keluarga. Biaya sewa perahu juga sangat terjangkau yakni masing-masing hanya perlu membayar Rp25 ribuan.
“Kalau empat penumpang berarti kita hanya perlu mengeluarkan Rp 100 ribu untuk sewa perahu. Kita akan dibawa berkeliling menyusuri waduk dan menikmati indahnya alam. Tenang, nakhoda juga bisa dikondisikan, maksudnya kalau kita mau santai tidak ada manuver bisa juga kok,” katanya tertawa.
Ratusan Monyet Menjadi Daya Tarik
Nina yang tercatat sebagai karyawan sebuah perusahaan media di Yogyakarta itu menyampaikan, terdapat lagi daya tarik wisata Waduk Jatibarang. Pengunjung bisa menyaksikan ratusan monyet ekor panjang bergelantungan di ranting pohon.
Sebagian lainnya berlarian atau merayapi tiang jembatan merah yang menjadi bangunan ikonik di bukit Goa Kreo. Bukit yang berada di tengah waduk, menjadi pulau kecil dengan penghuni monyet-monyet hingga menarik perhatian wisatawan.
“Monyet-monyet ini sebenarnya jinak, dan bisa berinteraksi dengan kita para pengunjung. Asal kita tidak kagetan atau berlebihan, maka monyet-monyet ini juga sangat bersahabat. Kita bisa ngasih makan, atau kalau mujur bisa foto bareng,” sebutnya.
“Malah ada juga lho atraksi panjat pinang monyet. Seperti panjang pinang pada umumnya. Beda adalah kalau ini di atas itu hadiahnya bukan perabotan rumah tangga, tapi makanan seperti pisang dan kacang yang ditaruh oleh pawang,” jelasnya.
Ratusan monyet yang mengetahui banyak makanan di atas wahana panjat pinang, semula hanya duduk berbaris di bawah. Mereka mengamati ke atas, seolah berpikir cara memanjat batang pohon yang berdiri menjulang.
“Lucu, monyet-monyet itu lalu berebut naik. Mereka manjat batang pohon itu, karena tinggi tidak semua bisa berhasil. Banyak yang gagal dan hanya duduk di bawah. Lalu yang berhasil hingga puncak bisa makan sepuasnya,” tutur dia.
“Ternyata ada monyet yang melempar makanan dari atas kepada teman-temannya di bawah. Kita bisa ambil pelajaran dari peristiwa ini. Monyet saja tahu bagaimana berbagi, makanan yang dia dapatkan juga dibagikan kepada teman atau saudaranya,” lugas Nina
Dia pun mengajak masyarakat untuk berwisata ke kawasan Waduk Jatibarang dan Desa Kandri karena banyak potensi menarik. Masyarakat setempat juga menyediakan rumah-rumahnya sebagai penginapan atau homestay bagi wisatawan.
“Kita menginap di homestay bukan hotel. Makanya kita bisa dekat dengan masyarakat setempat. Kulinernya juga enak dan menarik. Ada minuman dawet seperti cincau tapi ini dari sayuran sawi. Terus nasi kethek, itu dibungkus daun jati, rasanya sedap banget,” ulasnya.
“Pemandu wisata di sini juga komunikatif. Mereka akan memandu kita dan menunjukkan potensi-potensi yang aad di desa. Mulai kuliner, hingga budaya, adat istiadat. Mereka juga cerita nanti akan ada pawai orang-orangan sawah. Itu sudah masuk kalender wisata nasional,” ungkap dia.
Ketua pengelola wisata air Waduk Jatibarang, Majuri, mengatakan, banyak warga Desa Kandri yang terlibat dalam pengelolaan wisata. Kebanyakan mereka sebelumnya terdampak pengadaan waduk dan telah mendapatkan ganti untung.
“Pengelolaan wisata air ini di bawah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Suka Makmur. Waduk Jatibarang mulai dijadikan tempat wisata air sejak 2015. Untuk aggota Pokdarwis sekira 300-an orang,” terangnya.
“Mereka ini dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok kerja atau pokja. Ada pokja kuliner, pokja wisata air (kelompok perahu), pokja UMKM, dan pokja homestay. Jadi semua warga terlibat dalam pengelolaan wisata ini," jelasnya.
Kasi Informasi Budaya dan Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Agus Khariswanto, menyampaikan, pihaknya terus mendongkrak tingkat kunjungan wisata ke Ibu Kota Jawa Tengah. Menurut data DisbudparJateng, sepanjang 17 Desember 2022 hingga 3 Januari 2023, sebanyak 355.600 wisatawan mendatangi Kota Semarang.
“Angka tersebut tertinggi di Jawa Tengah. Karena kita memang fokus menggarap wisata-wisata unggulan di Kota Semarang agar lebih menarik, sehingga wisatawan akan berdatangan,” kata Agus kepada awak media.
“Kita punya bangunan bersejarah Lawang Sewu, ada pula Kota Lama, Pagoda Avalokitesvara, Klenteng Sam Poo Kong, Masjid Agung JawaTengah atau MAJT, di lalu desa wisata kita juga punya banyak. Salah satunya adalah Desa Kandri ini. Untuk pengembangan wisata juga juga menggandeng akademisi dari kampus-kampus di Kota Semarang,” imbuhnya.
Kaprodi Pariwisata Universitas Semarang (USM) Herman Novry Kristiansen, menambahkan, selama beberapa tahun terakhir ikut serta dalam pembuatan konsep desa wisata di Kota Semarang. Desa-desa akan digali potensinya, dan yang paling kuat akan dijadikan ikon wisata.
“Mungkin selama ini kalau kita bicara desa wisata di Kota Semarang, pasti tahunya adalah Desa Kandri. Padahal ada banyak. Nah kita turut mengembangkan desa-desa wisata ini sebagai tugas pengabdian kepada masyarakat,” kata dia.
“Kita melakukan studi pustaka, lalu pengembangan wisata. Termasuk mengkaji ada persoalan apad di tempat tersebut, lalu kita mencari solusinya. Agar wisata di desa itu tetap menarik bahkan berkembang. Kita juga melakukan edukasi kepada masyarakat, agar mereka sadar wisata. Misalnya dalam pengolahan makanan khas, pembuatan kerajinan yang bisa menjadi oleh-oleh. Dan ini tentunya bisa menjadi sumber penghasilan bagi warga setempat,” pungkasnya.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto