get app
inews
Aa Read Next : Film The Architecture of Love: Nicholas Saputra dan Putri Marino Sukses Aduk Perasaan Penonton

Cerita Dokter Budi Bertaruh Nyawa demi Selamatkan Nyawa di Puncak Jaya

Kamis, 30 November 2023 | 03:45 WIB
header img
Cerita Dokter Budi Bertaruh Nyawa demi Selamatkan Nyawa di Puncak Jaya (Foto: Taufik Budi)

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id - Dokter Budi, demikian pria murah senyum itu biasa disapa. Namun, bapak tiga anak ini memiliki dedikasi yang tak biasa karena bertugas di daerah konflik Puncak Jaya Papua.

Nama lengkapnya adalah Budi Eka Wardoyo asal Mojokerto Jawa Timur. Pria berusia 40 tahun itu merupakan dokter lulusan Universitas Trisakti Jakarta pada 2009.

"Setelah lulus saya PTT (pegawai tidak tetap) di Kabupaten Merauke selama 1 tahun," kata dr Eka kepada awak media usai menerima Telogorejo Award 2023 bertepatan HUT ke-89 SMC RS Telogorejo  Semarang, Rabu (29/11/2023).

"Kemudian saya tidak betah karena panas dan malaria. Lalu saya pulang ke Jawa selama 2 tahun kerja di Jawa di rumah sakit, tapi saya pengen kembali lagi ke Kabupaten Puncak Jaya. Awalnya PPT juga, lalu saya keterusan menjadi PNS sampai sekarang," lanjutnya.

Bertugas di daerah bukan hanya membutuhkan nyali tetapi tekad besar. Apalagi kondisi geografis di Puncak Jaya merupakan pegunungan dengan sarana transportasi terbatas.

"Tantangan di sana ada banyak, geografis yang cukup berat, lalu keamanan karena saya di Puncak Jaya, daerah merah, daerah yang tidak aman," beber dia.

"Tapi kesehatan masyarakat perlu diperhatikan, sehingga saya harus mengambil risiko menolong mereka yang penuh tantangan, tapi Tuhan melindungi saya sampai sekarang," imbuhnya.

Dokter Budi menyampaikan, pelayanan medis menjadi hak seluruh warga negara meski berada di pedalaman. Dia tak jarang harus mencari keberadaan pasien dengan melintas gunung dan hutan untuk menolong warga.

"Karena geografis yang berat sehingga mereka tidak punya alat transportasi. Jadi bukan pasien yang mencari saya (dokter), tapi saya mencari pasien supaya mereka tidak meninggal, supaya mereka terselamatkan karena mereka punya hak yang sama untuk hidup," terangnya.

"Orang yang ada di Jakarta, Semarang, Papua pedalaman sekalipun punya hak yang sama untuk hidup, sehingga kita tenaga kesehatan berkewajiban untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin pada orang-orang yang ada di sana," tandasnya.

Telogorejo Award 2023 merupakan bentuk apresiasi dan penghargaan kepada dokter yang memegang teguh komitmen mengabdikan diri untuk terus melayani masyarakat di daerah terpencil seluruh Indonesia. Meskipun banyak keterbatasan, namun tak mengurangi pengabdian mereka pada nilai-nilai kemanusian, kesetaraan, dan keberagaman. 

"Kami ingin ketimpangan antara daerah pelosok dengan sini (Semarang) jangan terlalu tinggi sehingga dengan adanya omnibus law di bidang pendidikan kedokteran, kami mengharapkan lulusan dokter ini akan lebih banyak lagi mengejar kekurangan rasio yang masih kurang," ujar Ketua Pengurus Yayasan Kesehatan Telogorejo, dr. Koesbintoro Singgih, M.M.

"Dengan demikian kami bisa membagikan meratakan dokter-dokter lebih baik lagi, sehingga daerah yang di pelosok pun juga akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi," harapnya.

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Berita iNews Joglosemar di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut