get app
inews
Aa Text
Read Next : Tips Merawat Motor Honda Vario Agar Selalu Prima ala Mama Muda

Tujuan Pembalap Melakukan Standing Motor: Ekspresi Keterampilan atau Bahaya?

Senin, 27 Mei 2024 | 22:30 WIB
header img
Tujuan Pembalap Melakukan Standing Motor: Ekspresi Keterampilan atau Bahaya? (Ilustrasi/Ist)

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id - Standing motor, atau angkat roda depan sepeda motor, bukan sekadar manuver atraktif di jalanan, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang tujuan sebenarnya di balik aksi ini. Fenomena yang berasal dari dunia balap motorcross dan flat track, kini menjadi tren yang menarik bagi banyak pengendara, terutama di kalangan anak muda yang mencari cara untuk mengekspresikan keberanian dan keterampilan berkendara.

Menurut sejarahnya, angkat roda depan atau wheelie pertama kali dipraktikkan dalam balapan motorcross sebagai teknik untuk memperoleh akselerasi yang lebih cepat dan mengatasi rintangan di lintasan. Pembalap menggunakan teknik ini untuk mengangkat roda depan sepeda motor saat memulai balapan, memanfaatkan torsi mesin yang kuat untuk meluncur melewati permukaan tanah yang tidak rata.

Awal mulanya wheelie ini adalah peristiwa yang terjadi di balap motorcross saat melakukan start. Pembalap selalu berusaha mendapatkan tempat terdepan selepas start, terutama balapan motorcross yang dilepas posisinya sejajar dalam satu garis Start.

Pembalap akan menahan bukaan gas agar mesin berputar berada dikemampuan puncak torsinya. Torsi yang dihasilkan mesin-mesin motorcross memiliki energi putar yang sangat kuat, sehingga ketika kopling dilepas, mudah sekali ban depan terangkat.

Saat di lintasan lurus, pembalap motorcross sengaja membuat roda depan melayang di atas tanah dengan tujuan melewati permukaan tanah yang tidak rata tanpa diganggu guncangan. Awal mula angkat ban depan ini tidak berawal untuk aksi hiburan atau sebagai tanda nyali keberanian namun sesungguhnya dari upaya pembalap mendapatkan akselerasi mencapai posisi terdepan dengan terkendali dan bagian dari teknik membalap di lintasan motorcross.

Keterampilan melakukan manuver ini membutuhkan penguasaan Teknik Pengoperasian Motor, Kontrol, Keseimbangan, Latihan dan Pengalaman. Untuk menguasai hal-hal tersebut dan mensinergikan dalam waktu yang sama membutuhkan waktu latihan ratusan bahkan ribuan jam untuk latihan. Kegiatan Latihan ini sangat memerlukan akses atau tempat latihan yang aman.

“Tren wheelie dan standing pilihan mengekspresikan diri melalui berkendara, namun jauh lebih penting untuk selalu memprioritaskan keselamatan diri sendiri dan orang lain saat di jalan,” kata Senior Instruktur Safety Riding Astra Motor Jawa Tengah, Oke Desiyanto.

“Pastikan untuk mempelajari teknik yang benar, berlatih di tempat yang aman, dan selalu menggunakan perlengkapan keselamatan,” lanjutnya.

Namun, popularitas standing motor tidak selalu berkaitan dengan balapan. Di luar arena balap, banyak pengendara menggunakan manuver ini sebagai bentuk ekspresi diri dan identitas budaya. Di Amerika Serikat, pada era 1980-an dan 1990-an, geng-geng motor sering mengadopsi standing motor sebagai simbol dari keberanian dan ketangguhan, memperkuat identitas mereka di jalanan.

Bahaya utama yang terkait dengan standing motor adalah kehilangan keseimbangan dan kontrol. Ketika pengendara kehilangan kontrol, mereka berisiko terjatuh dari sepeda motor dan mengalami cedera serius, termasuk patah tulang, cedera kepala, bahkan kematian jika tidak menggunakan perlengkapan keselamatan yang memadai.

 

Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut