Tradisi Pengambilan Air Suci dalam Balutan Adat Gagrak Semarang di Sendang Kali Rembes

SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID - Prosesi pengambilan air suci di Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, berlangsung khidmat. Seluruh perangkat desa dan kecamatan mengenakan pakaian adat gagrak Semarang. Para pria terlihat gagah dengan balutan blangkon dan busana tradisional, sedangkan para perempuan tampil anggun dalam kebaya dan jarik batik khas Kabupaten Semarang.
Dalam balutan busana tradisional, mereka berjalan beriringan menuruni jalan curam dan licin menuju sumber air. Perjalanan ini bukanlah perkara mudah. Mereka harus berhati-hati agar tidak terjatuh di jalur yang cukup berbahaya tersebut. Langkah-langkah kecil dan penuh kewaspadaan menjadi kunci keselamatan mereka.
Sesampainya di sumber air, prosesi diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat setempat. Setelah itu, Camat Bringin, Masyhudi, menyampaikan maksud kedatangan rombongan, yaitu untuk mengambil air suci yang akan digunakan dalam upacara jamasan pusaka memeringati Hari Jadi Kabupaten Semarang.
“Dalam rangka peringatan Hari Jadi Kabupaten Semarang yang ke-504, kami mengadakan jamasan pusaka. Airnya diambil dari salah satu sendang yang memiliki nilai historis dan spiritual. Di Kecamatan Bringin, kami memilih Sendang Kali Rembes karena sejarahnya yang sangat kental,” ungkap Masyhudi, Kamis (13/2/2025).
Ia menjelaskan, dari 16 desa yang ada di Kecamatan Bringin, masing-masing desa mengambil air suci dari sendang di wilayah mereka. Setiap desa membawa satu kendi air yang kemudian dikumpulkan di kantor kecamatan sebelum dibawa ke Kabupaten Semarang untuk upacara jamasan pusaka.
“Sebelum pengambilan air suci, kami juga melaksanakan tradisi bersih-bersih fasilitas umum, termasuk membersihkan sendang di desa masing-masing. Ini menjadi bentuk rasa syukur sekaligus upaya melestarikan lingkungan,” tambah Masyhudi.
Prosesi dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah itu, air suci diambil dari sendang dan dimasukkan ke dalam kendi yang dibungkus kain mori putih serta dikelilingi bunga kenanga. Kendi tersebut kemudian dibawa dengan penuh kehormatan.
Sebagai penutup prosesi, rombongan melepaskan burung dara ke alam bebas. Aksi ini melambangkan doa dan harapan agar kedamaian dan kesejahteraan senantiasa menyertai masyarakat Kabupaten Semarang.
Pj Kepala Desa Rembes, Sony Aribowo, menjelaskan bahwa Sendang Kali Rembes memiliki sejarah panjang dan diyakini sebagai cikal bakal terbentuknya Desa Rembes. “Menurut cerita, dahulu ada pengembara bernama Mbah Buyut yang singgah di antara dua pohon besar, yaitu pohon randu dan pohon bakung. Di sekitar pohon tersebut terdapat mata air yang dalam bahasa Jawa disebut ‘rembesan air’,” jelas Sony.
Air dari sumber ini tidak pernah kering, bahkan saat musim kemarau panjang. Sony mengungkapkan bahwa masyarakat sekitar memanfaatkan air ini untuk kebutuhan sehari-hari seperti minum, mandi, dan mencuci.
“Airnya sangat jernih dan segar. Banyak orang datang ke sini untuk langsung meminumnya, bahkan dipercaya dapat membuat awet muda,” katanya.
Tidak hanya memberikan manfaat fisik, sumber air ini juga memiliki nilai spiritual yang kuat. Banyak masyarakat yang percaya bahwa air dari Sendang Kali Rembes membawa berkah dan kesejahteraan. Oleh karena itu, prosesi pengambilan air suci ini dilakukan dengan penuh khidmat dan kesakralan.
Tradisi pengambilan air suci dari Sendang Kali Rembes tidak hanya melestarikan warisan leluhur, tetapi juga menjadi sarana mempererat kebersamaan masyarakat. Nilai-nilai gotong royong dan rasa syukur terus ditanamkan melalui prosesi ini, sehingga kebudayaan lokal tetap terjaga di tengah arus modernisasi.
Editor : Enih Nurhaeni