Ruko Kecil, Peran Besar: Agung Sulap Etalase Usaha Jadi Panggung Kolaborasi UMKM

SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID – Bermula dari dapur rumahnya, Agung Sulistianto (40) memulai usaha kecil memproduksi olahan rempah seperti jamu serbuk dan teh herbal. Kini, usahanya tumbuh menjadi pusat etalase dan kolaborasi UMKM di Semarang yang bertempat di sebuah ruko sederhana Jalan Pawiyatan Luhur Nomor 47, tepat di depan SPBU Unika Soegijapranata.
Perjalanan Agung berubah signifikan setelah ia bertemu dengan Dr. Chatarina Yekti Prawihatmi, SE., M.Si., seorang dosen di Unika. Dari sinilah ia mendapat kepercayaan untuk mengelola sebuah ruko yang kemudian disulap menjadi ruang display produk UMKM sekaligus titik temu bagi para pelaku usaha kecil.
“Saya bersyukur dipercaya mengelola tempat ini. Selain untuk usaha pribadi, saya juga ingin manfaatnya bisa dirasakan pelaku UMKM lain,” ujar Agung, Jumat (11/4/2025).
Ruko kecil ini memiliki peran besar. Menjadi etalase bagi produk-produk lokal, tempat tersebut terbuka bagi pelaku UMKM yang masih merintis dan belum memiliki tempat pemasaran. Sistemnya pun ringan, yakni konsinyasi dengan margin hanya 10 persen dari penjualan.
“Kita diberi fasilitas untuk branding sekaligus selling, terutama bagi UMKM pemula yang belum punya market,” terang Agung.
Tak sekadar tempat jualan, Agung menjadikan ruko itu sebagai ruang edukasi, berbagi pengalaman, dan kolaborasi. Menurutnya, peran Yekti sangat besar dalam memperluas jejaring pemasaran, terutama melalui lingkungan kampus Unika.
“Produk kami juga dibantu dipasarkan ke jaringan kampus. Ada juga mahasiswa yang menitipkan produk uji coba mereka,” tambah Agung.
Etalase UMKM
Produk yang ditampilkan pun beragam, mulai dari jamu herbal buatan Agung, makanan ringan, kerajinan tangan, sayuran dan buah organik, hingga produk UMKM lain. Semua disusun rapi di rak-rak pajang yang disediakan secara terbuka.
Agung sendiri sudah aktif sebagai anggota Rumah BUMN Semarang sejak 2019. Ia mengaku banyak belajar dari program pelatihan dan bazar yang diselenggarakan, seperti saat ikut Bazar Simpedes 2022 di Stadion Tri Lomba Juang Semarang.
“Waktu itu semua produk kita dibeli BRI. Jadi bukan hanya dipajang, tapi langsung dihargai,” kenangnya.
Dari sinilah lahir semangat untuk membuat ruang pajang tetap yang tidak tergantung momen pameran. Menurut Agung, banyak pelaku UMKM belum punya tempat untuk menampilkan produk mereka secara konsisten.
“Pameran cuma beberapa hari. Setelah itu kita gak tahu mau jualan di mana. Jadi ruko ini bisa jadi tempat tetap untuk itu,” tuturnya.
Lokasi ruko yang strategis di dekat kampus juga memberikan keuntungan tambahan. Banyak mahasiswa yang mampir untuk membeli produk lokal, sekaligus memesan ulang produk yang mereka sukai.
“Biasanya mereka beli camilan, oleh-oleh, atau produk herbal. Bahkan ada yang langganan beli wedang uwuh dan jahe merah,” kata Agung.
Tak hanya menyediakan rak, Agung juga aktif mendampingi pelaku UMKM dalam hal packaging, penentuan harga, hingga branding sederhana.
“Saya bantu sebisanya, mulai dari bikin label, desain kemasan, sampai kasih masukan soal positioning produk,” ungkap pria yang pernah bekerja di industri jamu dan mebel ini.
Semua produk herbal yang dijual Agung berbahan dasar alami, tanpa pengawet, dan hanya diproduksi berdasarkan pesanan. Stok yang tersedia di toko hanya untuk display dan tester.
“Kalau ada pesanan, baru produksi ulang. Tapi display harus tetap ada supaya orang tahu produknya,” jelasnya.
Ruang Kolaborasi
Dalam pengelolaan ruko ini, Agung tak berjalan sendiri. Ia aktif menjalin komunikasi dengan sesama pelaku UMKM dan pengurus Rumah BUMN untuk terus memperluas kolaborasi.
“Saya percaya UMKM harus saling dukung. Kalau bisa bareng-bareng, hasilnya lebih kuat,” ujarnya.
Ia bahkan punya rencana membuka pelatihan kecil-kecilan di rukonya. Topik yang akan dibahas meliputi digital marketing, manajemen stok, dan optimalisasi media sosial.
“Saya ingin mengajak pelaku UMKM naik kelas. Enggak cuma soal produk, tapi juga soal cara jualannya,” katanya.
Ia juga membuka kemungkinan kolaborasi dengan mahasiswa kampus sekitar. Mereka bisa bantu dalam desain, konten digital, atau menjadi relawan promosi.
“Bisa kerja bareng. Mahasiswa belajar, UMKM juga berkembang,” ucap Agung dengan semangat.
Menariknya, ruko ini juga menjadi tempat layanan keuangan digital karena Agung adalah agen BRILink. Sejak 2023, ia mengoperasikan layanan isi pulsa, pembelian token, hingga pembayaran tagihan dari tempat yang sama.
“Kadang ada pelanggan beli jamu, terus sekalian isi pulsa atau bayar BPJS,” ungkapnya sambil tertawa.
Layanan BRILink tersebut jadi pelengkap dari ruko yang ia kelola. “Intinya, semua kemudahan ada di satu tempat. UMKM bisa tampil, dan warga bisa akses layanan keuangan,” imbuhnya.
Menurut Agung, tantangan terbesar dalam UMKM bukan produk, tapi konsistensi dan kemauan belajar. Ia mendorong pelaku usaha untuk terus berinovasi dan terbuka pada pendampingan.
“Saya sendiri terus belajar. Gak bisa puas. Harus adaptif, apalagi di era digital,” kata Agung.
Dukungan dari Rumah BUMN sangat dirasakan Agung selama ini. Ia mengaku tak akan sampai di tahap ini bila dulu tak bergabung dalam program binaan tersebut.
“Kalau gak ada Rumah BUMN, mungkin saya masih jualan dari rumah dan belum punya ide untuk bikin ruang pajang bareng-bareng,” ucapnya.
Selain produk, Agung juga menawarkan layanan keuangan lewat BRILink yang ia kelola sejak 2023. Layanan juga menjadi andalan di ruko, seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang keuangan digital..
“Orang yang datang bisa sekalian isi pulsa, beli token listrik, atau bayar tagihan. Sekaligus kita memperkenalkan produk UMKM,” tegasnya.
Layanan BRILink juga memudahkan proses transaksi nontunai bagi pembeli. “Kalau enggak bawa uang, bisa pakai QRIS juga. Praktis,” tambahnya.
Didorong Naik Kelas
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistyawati, turut mengapresiasi langkah Agung yang membuka etalase bersama. Ia menyebut inisiatif tersebut selaras dengan semangat gotong royong yang terus dibangun dalam pembinaan UMKM.
“Langkah seperti yang dilakukan Pak Agung sangat kami apresiasi. Ini membuktikan bahwa pelaku UMKM bisa jadi lokomotif bagi sesama,” kata Endang, yang akrab disapa Tia.
Menurutnya, pelaku UMKM sangat cocok menjadi agen BRILink karena mendapat banyak keuntungan, dan rata-rata sudah memenuhi syarat administrasi.
“Persyaratan jadi agen BRILink juga relatif mudah. UMKM bisa dapat penghasilan tambahan sambil tetap fokus ke usaha utamanya,” jelasnya.
Ia berharap lebih banyak pelaku UMKM bisa mencontoh langkah kolaboratif seperti yang dilakukan Agung. “Tidak hanya fokus pada usaha sendiri, tapi juga membangun ekosistem yang kuat dan saling mendukung,” tutup Tia.
Editor : Enih Nurhaeni