Bahlil Tegaskan PLTN Target Operasi 2030, Kilang Minyak 1 Juta Barel

JAKARTA, iNEWSJOGLOSEMAR.ID — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, membahas dua agenda besar yang menjadi fokus strategis pemerintah dalam sektor energi: pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan Cadangan Penyangga Energi (CPE). Kedua isu ini mencuat dalam Sidang Perdana Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Tahun 2025.
Dalam siaran pers yang dirilis pada Sabtu (19/4/2025), Bahlil mengungkapkan bahwa Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 tengah memasuki tahap finalisasi untuk dilaporkan kepada Presiden Joko Widodo. Salah satu proyek strategis dalam RUPTL tersebut adalah PLTN.
“Untuk PLTN itu kita mulai on itu 2030 atau 2032. Jadi mau tidak mau kita harus melakukan persiapan semua regulasi yang terkait dengan PLTN,” ujar Bahlil.
Ia menekankan bahwa nuklir merupakan sumber energi baru yang efisien dan mampu menjadi solusi penguatan sistem kelistrikan nasional, sekaligus mendukung transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi rendah emisi.
Namun, Bahlil juga mengingatkan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat. Ia menilai dukungan publik terhadap teknologi nuklir harus dibangun secara bertahap dan edukatif.
“Pemanfaatan nuklir sebagai sumber pembangkit listrik harus diimbangi dengan sosialisasi kepada masyarakat secara masif sehingga masyarakat memahami pemanfaatan nuklir,” katanya.
Selain PLTN, agenda penting lain yang dibahas dalam sidang adalah mengenai Cadangan Penyangga Energi atau CPE. Bahlil menyoroti ketimpangan antara konsumsi dan produksi minyak nasional.
Ia mencatat bahwa konsumsi minyak Indonesia saat ini mencapai angka 1,5 hingga 1,6 juta barel per hari, sedangkan produksi domestik hanya berkisar antara 580 ribu hingga 610 ribu barel per hari.
“Terkait dengan kondisi itu, Pak Presiden memberikan arahan kepada kami untuk membangun kilang 1 juta barel untuk meningkatkan ketahanan energi nasional kita,” ungkapnya.
Editor : Enih Nurhaeni