LPDP Defisit Rp640 Miliar, Pemerintah Tegaskan Bukan karena Efisiensi

BOGOR, iNewsJoglosemar.id – Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mencatat defisit anggaran hingga Rp640 miliar per September 2025. Namun, kondisi itu bukan disebabkan kebijakan efisiensi pemerintah, melainkan peningkatan tajam jumlah mahasiswa penerima beasiswa ke luar negeri.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama LPDP Sudarto menegaskan, defisit justru menjadi bukti komitmen pemerintah untuk memperluas akses pendidikan tinggi bagi generasi muda Indonesia.
“Bukan karena efisiensi ya. Dua tahun terakhir kita mengirim jumlah mahasiswa dalam jumlah besar. Tujuannya mengejar ketertinggalan angka partisipasi pendidikan tinggi. Jadi, dana abadi ini tidak terkena isu efisiensi,” ujar Sudarto dalam Media Gathering APBN 2026 di Bogor, Jawa Barat, Kamis (9/10/2025).
Berdasarkan laporan keuangan LPDP per 30 September 2025, pendapatan tercatat Rp6,82 triliun, sedangkan belanja mencapai Rp7,46 triliun. Artinya, lembaga ini mengalami defisit sekitar Rp640 miliar.
Kondisi serupa juga terjadi dua tahun sebelumnya. Pada 2024, LPDP mencatat pendapatan Rp10,95 triliun dengan belanja Rp11,86 triliun. Sementara pada 2023, pendapatan Rp9,33 triliun dan belanja Rp9,85 triliun. Dengan begitu, LPDP mencatat defisit selama tiga tahun berturut-turut sejak 2023.
Meski demikian, posisi saldo dana abadi LPDP tetap kokoh. Hingga akhir September 2025, total dana abadi mencapai Rp154,11 triliun, terdiri atas:
1. Dana Abadi Pendidikan (DAP) Rp126,12 triliun
2. Dana Abadi Penelitian (DAPL) Rp12,99 triliun
3. Dana Abadi Perguruan Tinggi (DAPT) Rp10 triliun
4. Dana Abadi Kebudayaan (DAKB) Rp5 triliun
Jumlah itu relatif stabil dibanding posisi akhir 2024, menunjukkan stabilitas dana abadi LPDP. Bahkan, secara historis dana abadi terus meningkat dari Rp70,11 triliun pada 2020 menjadi Rp139,11 triliun pada 2023.
“Tahun ini kemungkinan belanja akan lebih tinggi. Jadi, khusus Dana Abadi Pendidikan (DAP) bisa mengalami defisit, tapi masih bisa ditutup dengan surplus tahun-tahun sebelumnya,” jelas Sudarto.
Lonjakan penerima beasiswa juga menjadi faktor utama naiknya belanja. Pada 2023 dan 2024, LPDP mencatat masing-masing 9.358 dan 8.592 penerima, jauh lebih tinggi dibandingkan 6.327 pada 2022 dan 4.266 pada 2021.
Untuk menyeimbangkan anggaran, LPDP membatasi penerima baru di 2025 dan 2026 sekitar 4.000 orang. Hal itu disebabkan banyak penerima lama yang masih menjalani studi di luar negeri.
“Karena yang masih on going banyak, tahun ini penerima baru lebih sedikit, mungkin 4.000 orang. Mudah-mudahan 2027 bisa kembali normal,” kata Sudarto.
Editor : Enih Nurhaeni