Wisudawan Termuda UGM: Farras Lulus Dokter di Usia 19 Tahun
YOGYAKARTA, iNewsJoglosemar.id — Farras Ulinnuha, mahasiswi asal Lampung, mencuri perhatian publik setelah resmi lulus dari Program Studi Kedokteran International Undergraduate Program (IUP) UGM dengan predikat wisudawan termuda. Di usianya yang baru menginjak 19 tahun 8 bulan 17 hari, ia berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana yang rata-ratanya ditempuh lulusan pada usia 22 tahun 6 bulan 15 hari.
Sejak kecil, Farras sudah menempuh pendidikan lebih cepat dibanding teman seusianya. Saat masih duduk di bangku kelas 5 SD, ia sudah mengikuti Ujian Nasional untuk masuk SMP. “Saya masuk SD umur 4,5 tahun, berlanjut ke SMP tiga tahun, dan SMA hanya dua tahun,” terangnya, dikutip dari laman resmi UGM, Senin (8/12/2025).
Masuk kuliah di usia 16 tahun tentu bukan perkara mudah. Lingkungan baru dan suasana perkuliahan yang lebih dewasa membuatnya harus beradaptasi secara mental maupun akademik. “Di awal kuliah penyesuaian berjalan tidak selalu mulus, tetapi perlahan saya menemukan ritme yang tepat,” ujarnya mengenang awal perjalanannya.
Ketertarikan pada dunia kedokteran sudah muncul sejak ia kecil. Ibunya berprofesi di rumah sakit, dan Farras kerap menghabiskan waktu membantu di klinik keluarga. Kedekatan dengan lingkungan medis itulah yang mengukuhkan cita-citanya. “Dari dulu saya sudah familiar dengan dunia kedokteran. Saya ingin jadi dokter agar layanan kesehatan di Indonesia bisa lebih merata,” tuturnya.
Saat berada di kampus, Farras tidak hanya belajar di ruang kuliah, tapi juga aktif berorganisasi. Ia terlibat dalam Asian Medical Students Association (AMSA) dan Center for Indonesian Medical Students Activities (CIMSA). Baginya, organisasi adalah ruang pembelajaran tanpa tekanan akademik. “Saya dapat banyak wawasan baru dari sana,” kata Farras.
Salah satu pengalaman yang paling membekas baginya adalah ketika pertama kali masuk ruang operasi selama masa preklinik. Ia berkesempatan mengikuti dokter ortopedi yang mengampunya. “Itu momen paling berharga. Baru awal-awal kuliah, tapi sudah bisa lihat langsung bagaimana ruang operasi bekerja,” ungkapnya.
Setelah lulus, Farras berencana kembali ke tanah kelahirannya untuk memberi kontribusi nyata. Baginya, Lampung bukan sekadar kampung halaman, tetapi tempat di mana ia ingin membagikan ilmunya untuk masyarakat.
Farras berharap perjalanannya menjadi motivasi bagi mahasiswa lain di seluruh Indonesia. “Keberhasilan itu bukan soal siapa yang lebih cepat. Setiap orang punya timeline masing-masing,” pesannya.
Meski sempat mengalami masa penuh keraguan, ia kini menutup babak pendidikannya dengan penuh syukur. “Dulu aku sempat desperate, tapi sekarang Alhamdulillah bisa lulus. Tetap semangat dan lakukan yang terbaik,” pungkasnya.
Editor : Enih Nurhaeni