JERMAN - Menjalani hidup sebagai lansia (lanjut usia) di negeri orang adalah satu tantangan tersendiri. Jauh dari Tanah Air bahkan hidup sendiri tanpa didampingi anak, cucu, atau keluarga.
Namun demikian, di tengah kondisi tersebut justru kemandirian, kekeluargaan, dan semangat tolong-menolong muncul dari para lansia yang tergabung dalam organisasi Selindo (Senioren Lansia Indonesia). Pada 30 Juli 2022 bertempat di Wisma Indonesia Frankfurt, organisasi para diaspora lansia yang tinggal di Jerman ini merayakan hari jadi ke-9.
Tidak kurang 110 diaspora lansia dengan rata-rata usia lebih dari 70 tahun dari berbagai kota di Jerman seperti Aachen, Munchen, Bremen, Stuttgart, Mainz, Kassel, Dusseldorf, Darmstadt hadir dan meramaikannya. Selain berbagai kegiatan yang bersifat hiburan (seperti menyanyi, peragaan busana) untuk memperkuat persaudaraan di antara para lansia di Jerman.
Acara juga diisi dengan diskusi seputar permasalahan kesehatan yang jamak dihadapi oleh para lansia yakni : antisipasi dimensia dengan narasumber Dr. Urlich Hartmann, pemeliharaan diri pada lansia oleh Dr. Howard Soekamto, Alzheimer dan pengaruh jantung oleh Dr. Muller dan Dr. Yuda Yadna.
Ketua Selindo, Rusdin Sumbajak, dalam sambutannya menjelaskan bahwa sudah 9 tahun Selindo menjadi organisasi ´dari, oleh, dan untuk´ lansia di Jerman. Banyak juga diaspora lansia yang tidak beruntung, harus hidup sendirian dalam masa tua di Jerman.
Hal itu dikarenakan tidak beruntung mendapatkan partner hidup jadi tetap sendiri, atau telah duluan ditinggal sendiri oleh suami atau istri sebagai partner hidup. Hidup bersama anak-anak yang sudah dewasa atau sudah berkeluarga, apalagi dapat menantu orang Jerman untuk hidup bersama adalah sangat jarang atau tidak mungkin. Sifat indivudu yang dominan dan ketat dari masyarakat Jerman umumnya adalah penyebabnya.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto
Artikel Terkait