SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Kapal Nusantara, menjadi pemandangan spektakuler yang menghiasi panggung budaya di Sekolah Alam Ar Ridho Kota Semarang Jawa Tengah, Sabtu (17/2/2024). Ratusan pelajar unjuk beragam kreasi di atas panggung budaya.
Wajah ceria anak-anak dengan balutan pakaian adat Nusantara menampilkan pertunjukan yang apik di atas panggung. Mereka tak canggung untuk bercerita dan menari membawa kisah kekayaan alam dan budaya Nusantara.
Ratusan orang tua dan warga sekitar yang duduk di bangku penonton tak henti mengarahkan lensa kamera ponsel untuk merekam. Sesekali tawa dan sorak tepuk tangan terdengar keras ketika melihat anak-anak bertingkah lucu.
Bukan hanya menghibur, panggung budaya itu juga mengusung pesan kepahlawanan dan patriotisme menjaga persatuan bangsa. Terlihat saat anak-anak yang berperan sebagai pejuang di berbagai daerah melawan imperialisme dan kolonialisme Barat.
Direktur Sekolah Alam Ar Ridho, Mia Inayati, menjelaskan bahwa panggung budaya itu merupakan even tahunan yang mengusung tema “Indonesian Culture, Indahnya Ragam Budaya Nusantara”. Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan sejarah budaya secara menarik.
“Sekaligus di dalamnya anak-anak akan belajar komunikasi, kolaborasi, koordinasi, hal-hal yang memang kita butuhkan di kondisi sekarang. Di mana dunia begitu terbuka, maka mereka harus bisa menerima segala keberagaman, mereka belajar dari Indonesia yang beragam, suku bangsanya tapi bisa satu dalam satu negara Indonesia,” beber Mia.
Menurutnya, tema budaya yang dipilih untuk memperkaya pengetahuan siswa. Kegiatan ini melibatkan anak-anak dari playgroup hingga SMA, dengan peserta dari berbagai tingkatan usia yang dapat memilih tema dari seluruh Nusantara.
“Ketika mereka bisa sebagai warga negara yang baik, merangkul semua suku di Indonesia, bahwa itu kekayaan Indonesia kekayaan alam yang luar biasa yang harus diperjuangkan oleh mereka kelak sampai mereka dewasa, maka kelak mereka juga akan belajar menjadi warga negara dunia yang baik, yang akan berbuat baik untuk warga dunia lainnya,” lanjut Mia.
Tak hanya anak-anak yang ambil bagian dalam pertunjukan, even ini juga melibatkan seluruh orang tua wali siswa. Mereka diajak tetlibat dalam pembuatan stan Warung Alam yang menyajikan beragam masakan Nusantara.
Setiap stan dihias sesuai adat budaya daerah dengan kuliner khas masing-masing. Para orang tua dibantu beberapa siswa melayani setiap pengunjung yang ingin mencicipi makanan. Selain dijual, ada pula makanan yang sengaja dibagikan secara gratis bagi pengunjung stan.
“Ini ada Papeda dan Kuah Kuning, enak banget. Silakan ambil, gratis,” kata seorang ibu yang sibuk menuangkan makanan khas Papua itu ke dalam gelas kertas untuk dibagikan secara cuma-cuma.
Penanggung Jawab Acara Indonesian Culture, Widyawati, menambahkan, panggung budaya itu merupakan salah satu dari empat even besar yang digelar sekolah setiap tahun. Para pelajar dari tiap jenjang pendidikan diberi waktu satu bulan untuk menyiapkan konsep sekaligus latihannya.
“Kami kegiatan rutin tahunan itu dalam satu tahun ada empat kegiatan besar. Dan satu satu project itu biasanya (butuh persiapan) satu bulan. Misalkan yang SMP kami setiap hari dalam 5 hari sekolah, kami ambil satu hari dua jam pelajaran, kemudian dalam satu minggu kami ambil tiga hari. Misalkan Senin, Rabu, dan Kamis, seperti itu pembagian waktunya,” terang Widy.
Dalam perhelatan Indonesian Culture kali ini, difokuskan pada perjalanan rempah Nusantara sebagai pembelajaran bersama anak-anak. Rempah, yang pada awalnya merupakan karunia, juga menjadi katalisator dari berbagai peristiwa bersejarah, termasuk kolonialisme dan imperialisme.
Indonesia, sebagai surga rempah, menjadi pusat distribusi rempah ke seluruh dunia oleh para penduduk Nusantara pada masa lalu. Menggunakan kapal sebagai ikon Indonesian Culture, mereka tidak hanya menyebarkan rempah, tetapi juga kebudayaan. Asimilasi budaya terjadi ketika kebudayaan Indonesia terkenal di penjuru dunia, sehingga dunia datang kepada Indonesia.
“Kami ingin mengatakan kepada anak-anak, bahwa sebenarnya dari rempah inilah ada karunia dan kemudian timbul petaka pada akhirnya. Karena Indonesia adalah surga rempah di mana para penduduk Nusantara dulu eh mendistribusikan rempah ke seluruh dunia dengan menggunakan kapal yang tadi merupakan ikon Indonesian Culture,” jelasnya.
“Menyebarkan kebudayaan juga terjadi asimilasi kebudayaan kemudian terkenal sampai ke penjuru dunia sehingga dunia juga datang kepada Indonesia. Kemudian terjadilah kolonialisme dan imperialisme. Seperti itu perjalanannya kenapa kemudian terjadi kolonialisme dan imperialisme, bahwa ada surga di Indonesia,” pungkas Widy.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto