SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID - Mudik Lebaran sering kali menjadi tantangan bagi para pemudik yang rentan mengalami mabuk perjalanan. Salah satu solusi alami yang kini banyak diminati adalah ginger ale, minuman berbahan dasar jahe yang dapat membantu meredakan mual dan memberikan sensasi hangat bagi tubuh.
Ika Yuanita, pelaku UMKM asal Semarang, menghadirkan inovasi minuman sehat berbasis jahe yang diberi nama "Jaenak" di bawah merek Kingkaf. Produk ini telah mendapatkan perhatian luas, terutama di kalangan anak muda yang ingin menikmati minuman sehat dengan sensasi unik.
Ika Yuanita menceritakan bahwa ide awal pengembangan ginger ale ini bermula saat pandemi, ketika produk berbasis rempah, terutama jahe, sangat diminati masyarakat. Ia kemudian mencoba mengembangkan produk berbasis jahe dalam bentuk teh rempah celup yang lebih praktis dan higienis.
"Waktu pandemi itu kan segala sesuatu yang berbahan dasar rempah menjadi primadona. Bahkan, mencari jahe pun susah karena permintaan tinggi," ujar Ika, di kediamannya kawasan Gombel Kota Semarang, Rabu (19/3/2025).
Namun, tantangan muncul saat ia mencoba mengekspor teh rempah tersebut ke luar negeri. Akhirnya, ia mengembangkan teh rempah dalam bentuk celup yang sukses diterima di Eropa dan Australia.
"Kalau teh dalam bentuk serut-serut, orang luar negeri menganggapnya seperti sampah. Dari situ, saya mulai berpikir bagaimana mengemas produk ini dengan tampilan yang lebih elegan dan mudah dikonsumsi," jelasnya.
Terinspirasi Ginger Ale di Australia
Dalam perjalanannya ke Australia, Ika menemukan bahwa produk minuman berbasis jahe sangat populer di sana, terutama ginger ale. Ia pun mengunjungi Ginger Factory, pabrik sekaligus tempat wisata yang khusus memproduksi berbagai produk berbahan dasar jahe.
"Di semua supermarket pasti ada ginger ale dalam berbagai varian, baik dalam kemasan kaleng maupun botol. Saya sampai bertanya-tanya dari mana asal produk ini," kenangnya.
Di sana, Ika melihat bahwa budaya konsumsi ginger ale justru lebih diminati oleh anak muda, sedangkan teh jahe lebih disukai kalangan tua. "Saya melihat ini sebagai peluang besar. Di Indonesia, minuman jahe identik dengan minuman orang tua, sedangkan di luar negeri justru anak muda yang lebih banyak mengonsumsinya," kata Ika.
Tak hanya sekadar meniru konsep ginger ale, Ika berupaya mengembangkan produk dengan cara yang lebih alami. "Saya ingin membuat ginger ale tanpa bahan kimia tambahan. Setelah belajar dari beberapa ahli fermentasi, akhirnya kami menemukan cara untuk menghasilkan soda alami tanpa karbonasi buatan," jelasnya.
Minuman Jaenak dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri baik Lactobacillus serta madu sebagai pemanis alami. "Dari proses fermentasi ini, kita mendapatkan sensasi soda alami tanpa bahan kimia. Selain itu, madu yang digunakan memberikan manfaat tambahan bagi kesehatan," tambahnya.
Ginger ale buatan Ika tidak hanya sekadar minuman segar, tetapi juga memiliki manfaat kesehatan. "Sensasi soda alami dari fermentasi jahe ini bisa membantu meredakan mual, mabuk kendaraan, bahkan menjaga daya tahan tubuh. Saya sendiri sering mengonsumsinya saat merasa tidak enak badan," ujar Ika.
Selain itu, minuman ini aman dikonsumsi oleh ibu hamil karena tidak mengandung bahan kimia tambahan. Selain membantu mengatasi mabuk perjalanan, Jaenak juga dapat meredakan sakit tenggorokan dan meningkatkan sistem imunitas tubuh.
"Komposisinya hanya tiga bahan utama: jahe, lemon, dan madu. Semua alami, tanpa bahan pengawet," jelasnya.
Karena merupakan produk fermentasi, ginger ale Jaenak memiliki daya tahan yang cukup lama tanpa bahan pengawet tambahan. Produk ini pun memiliki segmen pasar yang luas, terutama di kalangan muda yang ingin menikmati minuman sehat tanpa mengorbankan rasa.
"Minuman ini bisa bertahan hingga satu tahun. Semakin lama disimpan, kadar gula alaminya akan semakin berkurang karena dikonsumsi oleh bakteri baik dalam proses fermentasi," ujar Ika.
Jaenak kini menjadi salah satu produk unggulan Kingkaf yang paling dicari, terutama dalam berbagai bazar dan pameran. "Setiap kali ada pameran, pasti yang dicari pertama kali adalah Jaenak. Ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai tertarik dengan minuman sehat berbahan dasar alami," ujarnya.
Dengan inovasi seperti ginger ale Jaenak, Ika Yuanita menunjukkan produk lokal berbahan alami memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global. Tidak sekadar minuman segar, ginger ale ini juga menjadi solusi sehat bagi para pemudik yang ingin mengatasi mabuk perjalanan secara alami.
Dukungan Rumah BUMN
Kesuksesan Kingkaf tidak lepas dari pembinaan yang diberikan oleh Rumah BUMN Semarang. Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya membina ribuan UMKM agar dapat berkembang dan bersaing di pasar global.
"Kami mengadakan berbagai pelatihan, mulai dari pemasaran digital, pengelolaan keuangan, peningkatan kualitas produk, hingga strategi ekspor," ungkap Endang.
Selain pelatihan, Rumah BUMN Semarang juga membuka akses ke jaringan bisnis dan pameran untuk membantu UMKM memasarkan produknya. "Kami bersifat inklusif, sehingga pelaku UMKM dari berbagai latar belakang, termasuk difabel, tetap mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang," tambahnya.
Rumah BUMN Semarang merupakan salah satu dari 54 titik Rumah BUMN yang tersebar di Indonesia, dengan misi membantu UMKM naik kelas melalui empat pilar utama, yakni go modern, go online, go digital, dan go export.
"Kami berharap semakin banyak UMKM yang bisa bersaing di pasar internasional, seperti Kingkaf yang kini berhasil menembus pasar ekspor," ujarnya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait