Lonjakan Pesanan
Langkah strategis Bu As dalam memanfaatkan fasilitas KUR BRI selaras dengan misi program tersebut: memperkuat permodalan, mendorong pengembangan usaha, dan meningkatkan akses pembiayaan UMKM dengan skema bunga yang terjangkau. Ia juga pernah ikut ajang Brilianpreneur meski belum lolos.
“Pelatihannya berguna banget. Dari branding sampai digital marketing,” ungkapnya.
Omzetnya bisa mencapai Rp50 juta per bulan saat ramai, dan Rp20 juta saat sepi. Lonjakan pesanan biasanya terjadi saat Imlek, Natal, dan masa pergantian jabatan pejabat. “Biasanya dipakai untuk suvenir atau kenang-kenangan pejabat yang pindah tugas,” terangnya.
Pasar lokal terbesar Asbag berasal dari Jakarta. “Kalau Semarang jarang. Mungkin karena harga saya dianggap mahal,” ujarnya.
Bu As rutin ikut pameran, terutama yang diadakan dinas atau pihak luar kota. “Waktu ada pelatihan sebuah hotel di Semarang belum lama ini, ada turis China sempat borong tas saya. Mereka suka rajut,” katanya.
Produk Asbag juga dipajang di Rumah BUMN Semarang. Bu As berharap bisa lebih sering diajak pameran. “Saya ingin kolaborasi. Tapi ya kita juga harus aktif,” tambahnya.
Bu As sendiri tak pernah berhenti menenun harapan lewat benang dan kreativitas. “Ini bukan cuma kerajinan, ini warisan dan peluang. Rajutan ini menyulam masa lalu, menjahit masa depan,” tandasnya.
Kini, ia mengandalkan QRIS dan m-banking untuk transaksi. “Langsung masuk rekening, nggak ribet cari uang kembalian,” ujarnya.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menyebut bahwa pihaknya membina lebih dari 7.000 UMKM, termasuk 3.000 dari Kota Semarang. “Kami inklusif, UMKM disabilitas pun dapat hak sama dalam pelatihan dan akses digital,” ujar Tia sapaan akrabnya.
Tia juga menjelaskan, Rumah BUMN rutin mengadakan pelatihan pemasaran digital, pengelolaan keuangan, hingga strategi ekspor. “Kami ingin UMKM bisa go modern, go online, go digital, dan go export,” tutupnya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait