SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID – Di usianya yang kini menginjak 60 tahun, Indah Prihatiningsih, warga Kampung Semawis Blok M No. 21 Kota semarang, tetap aktif merajut. Bagi Indah, merajut bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga cara untuk menjaga daya ingatannya.
“Sekarang ini, mau ngomong apa kadang lupa. Makanya saya aktivitas ini, merajut, agar tidak mudah lupa atau pikun,” ujar Indah di kediamannya, Jumat (18/4/2025).
Menurutnya, aktivitas ini memberikan kesempatan untuk tetap berpikir tajam dan menjaga otaknya tetap aktif. Meskipun sudah tidak muda lagi, Indah merasa bahwa merajut memberikan manfaat luar biasa bagi kondisi tubuh dan pikirannya.
“Saya merasa lebih hidup, dan yang paling penting, otak tetap aktif. Merajut itu bikin tenang dan fokus,” katanya. Dengan kesibukannya dalam merajut, Indah merasa lebih terhindar dari gejala lupa yang kadang muncul di usia senja.
Terapi Otak
Merajut bagi Indah sudah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Aktivitas ini bukan hanya untuk menghasilkan tas dan karya seni lainnya, tetapi juga sebagai cara untuk melawan gejala mudah lupa yang sering dialami seiring bertambahnya usia.
Merajut atau crochet, adalah teknik kerajinan yang dilakukan dengan menggunakan jarum berkait atau berbentuk kait. Menurut buku “Crocheting untuk Pemula” yang disusun oleh Puspa Swara dan Ari Asih Pratiwi (2010: 2), kegiatan ini memerlukan alat seperti jarum berkait, benang, gunting, dan meteran untuk mengukur hasil karya.
Selain menjadi kegiatan kreatif, merajut juga memiliki berbagai manfaat bagi tubuh dan mental. Gerakan ritmis saat merajut dapat membantu mencegah radang sendi dan tendinitis serta melatih lengan dan tangan tanpa membebani tubuh. Selain itu, merajut yang membutuhkan konsentrasi tinggi dapat membantu mengatasi stres, meningkatkan daya ingat, dan melatih konsentrasi.
Merajut juga memiliki manfaat yang penting untuk kesehatan mental, seperti mengurangi risiko depresi dan gangguan neurodegeneratif seperti demensia. Aktivitas ini menjaga otak tetap aktif, yang berkontribusi pada kesehatan otak seiring bertambahnya usia. Dengan berbagai manfaat yang ditawarkannya, merajut bisa menjadi pilihan tepat untuk mengisi waktu luang secara bermanfaat.
Indah juga merasa bahwa meskipun usianya sudah tak muda lagi, tubuh dan pikirannya tetap kuat. “Saya masih kuat nyetir pakai mobil ke Jakarta-Semarang sendiri, apalagi dulu waktu suami saya dinas di Sunter, saya harus sebulan sekali ke Jakarta-Semarang untuk membersihkan rumah di Semarang. Saya sendiri, terutama saat pandemi Covid-19,” ujarnya dengan penuh semangat.
Teknik Tapestri
Indah menguasai teknik tapestri, sebuah teknik rajutan yang sangat detail dan memerlukan ketelitian tinggi. Setiap helai benang yang dipilih harus sesuai dengan desain dan pola. Inilah yang membuat teknik tapestri begitu menantang bagi Indah.
“Rajutannya lebih rumit daripada yang biasa. Kita harus sangat hati-hati, kalau enggak fokus bisa salah bawa benang,” kata Indah.
Ia menjelaskan, dalam satu proyek tas tapestri, ia bisa menggunakan tiga benang sekaligus yang semuanya harus dibawa dalam proses merajut. “Yang merah diumpetin di belakang supaya enggak kelihatan. Harus pas. Kalau enggak rapi, bisa kelihatan benangnya di dalam,” katanya.
Teknik tapestri menjadikan bagian luar dan dalam tas sama-sama rapi. “Kalau di luar negeri, enggak pakai furing. Tapi di Indonesia harus ada furing karena orang-orang masih belum terbiasa lihat dalam tas yang seperti itu,” jelas Indah.
“Sebetulnya itu bukan cuma tas, tapi namanya tapestri, teknik merajut yang mengaplikasikan pola atau gambar. Mirip kristik, tapi ini dirajut. Jadi lebih susah,” ujarnya sembari menunjukkan benang-benang warna-warni yang tertata rapi di ruang kerjanya.
Namun, meskipun sulit, Indah merasa teknik ini memberikan tantangan tersendiri. Keuletan dalam mengerjakan setiap detail menjadi nilai tambah tersendiri bagi setiap produk yang ia hasilkan.
“Kalau sudah selesai, rasanya puas sekali. Memang prosesnya panjang, tapi begitu selesai dan melihat hasilnya, semua kerja keras terbayar,” tambahnya.
Setiap tas yang diproduksi oleh Indah terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi. Ia menjelaskan bahwa bahan yang digunakan untuk produk tas rajut sangat menentukan kualitas dan daya tahan tas tersebut.
“Bahan yang saya pakai memang agak mahal, karena harus sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Kalau kualitasnya buruk, hasilnya enggak maksimal. Setiap produk tidak hanya terbuat dari rajutan biasa, tetapi juga menggabungkan bahan-bahan seperti perca dan rotan untuk menciptakan hasil akhir yang unik dan estetis," jelas Indah.
Proses pembuatan tas ini memakan waktu yang cukup lama. Selain itu, setiap desain harus disesuaikan dengan keinginan konsumen, terutama dalam hal warna dan ukuran. “Satu tas bisa memakan waktu berjam-jam tergantung tingkat kesulitannya. Saya juga harus memastikan benang dan pola sesuai dengan desain yang saya buat,” jelas Indah.
Tas tapestri buatannya dijual mulai dari Rp400 ribu hingga Rp2 juta, tergantung teknik dan bahan. Tas full kulit dibanderol Rp750 ribu, sedangkan dengan tenunan tali bisa tembus di atas Rp1,5 juta. Harga tersebut sesuai kualitas dan ketelitian dalam setiap produk.
"Orang kadang belum paham kenapa mahal. Tapi pas saya suruh coba, mereka langsung bilang, 'Oh pantesan'," katanya sambil tersenyum.
Ekspor ke Dubai
Salah satu pencapaian besar dalam perjalanan usaha Indah adalah proyek ekspor tas rajut ke Dubai, Uni Emirat Arab. Sebanyak 200 tas rajut telah dipesan oleh klien di Dubai, yang merupakan langkah besar dalam memperkenalkan produknya ke pasar internasional.
Indah mengungkapkan bahwa pesanan tas rajut dan makrame dari Dubai bermula dari partisipasinya dalam ajang Brilianpreneur 2023 di Jakarta Convention Center (JCC). Kesempatan berikutnya adalah ketika mengikuti BRI UMKM EXPO (RT) 2025 yang digelar di Ice BSD pada 30 Januari - 2 Februari 2025.
Dalam acara tersebut, ia berkesempatan bertemu langsung dengan banyak calon pembeli, termasuk dari luar negeri. Hingga beberapa waktu setelahnya, salah satu buyer asal Dubai menghubunginya untuk memesan produk rajut buatannya.
"Sebenarnya sekarang ini dia minta sekitar 3.000 pcs tas rajut dan makrame. Tapi saya pastikan dulu kemampuan produksi, karena kemarin sempat banyak libur, ada Lebaran, lalu Paskah, dan pengiriman bahan baku juga agak tersendat. Jadi sementara ini April targetnya selesaikan 200 pcs dulu," jelas Indah.
Ia menceritakan, awal bergabung dengan Rumah BUMN Semarang setelah mendapat informasi dari anaknya. Setelah itu, Indah bukan hanya menyalurkan hobi membuat tas rajut tetapi juga berkembang hingga melayani banyak pesanan.
“Baru sekitar lima tahun lalu saya bergabung di sini,” katanya.
Menurut Indah, keanggotaannya di Rumah BUMN membuka banyak kesempatan, khususnya untuk mengakses berbagai even dan pameran yang biasanya sulit dijangkau secara individu karena biaya tinggi.
"Ada even-even yang kadang-kadang kita tidak dapatkan kesempatan di luar. Sebagai contoh, saya biasanya mengikuti Inacraft secara mandiri, tapi kalau ada kesempatan gratis, saya pasti lebih bersemangat," tuturnya.
Keikutsertaannya dalam acara bergengsi seperti Brilianpreneur hingga BRI UMKM EXPO (RT) menjadi pengalaman berharga. Ia menilai, program tersebut membuktikan bahwa Rumah BUMN memberikan peluang besar bagi UMKM untuk memperluas pasar dan membangun jejaring dengan pembeli, termasuk dari luar negeri.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menjelaskan bahwa Brilianpreneur merupakan program rutin dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk mendukung UMKM agar lebih dikenal di tingkat global.
“Brilianpreneur itu setiap akhir tahun diselenggarakan oleh BRI. Itu ada kurasinya juga bagi UMKM yang mau ikut. Seperti bazar nasional, ada showcase, bisa transaksi pembelian produk. Yang di JCC itu diresmikan oleh Pak Jokowi,” kata Tia, sapaan akrabnya.
Tia menambahkan, selain memamerkan produk, pelaku UMKM juga difasilitasi melalui program business matching yang mempertemukan mereka dengan calon buyer dari berbagai negara.
“BRI selalu support UMKM naik kelas, dengan program di antaranya Brilianpreneur, salah satunya adalah business matching, yang memfasilitasi dengan buyer-buyer,” pungkasnya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait