KUDUS, iNewsJoglosemar.id – Di lereng Gunung Muria, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, tumbuh tanaman khas yang dulu hanya dikenal sebagai buah mitos dalam budaya Jawa: parijoto atau Medinilla speciosa. Bentuknya mirip anggur dengan warna merah keunguan. Kini, buah yang juga dijuluki anggur Asia itu tengah naik daun setelah diolah menjadi sirup, teh celup, hingga teh tubruk.
Salah satu tokoh di balik popularitas parijoto adalah Triyanto, pengusaha UMKM asal Kudus. Sejak 2015, ia mengolah buah liar yang rasanya sepat ini menjadi minuman bernilai jual tinggi. “Awalnya hanya coba-coba, karena kalau dimakan langsung rasanya kurang enak. Tapi ternyata kalau diolah jadi sirup justru banyak yang suka,” ujar Triyanto.
Pandemi Covid-19 justru menjadi titik balik bagi usahanya. Saat banyak UMKM lain terpuruk, sirup parijoto produksinya malah banjir pesanan. Omzet bulanannya melonjak dari Rp50 juta menjadi Rp150 juta. Kuncinya ada di strategi pemasaran digital dan jaringan reseller.
“Saya lebih aktif di media sosial untuk edukasi. Kalau pameran, bukan cari pembeli, tapi cari agen baru. Dengan begitu produk bisa bertahan dan berkembang,” kata Triyanto.
Selain rasa unik, daya tarik parijoto juga datang dari khasiatnya. Buah ini diketahui mengandung flavonoid, tanin, dan saponin yang dipercaya sebagai antioksidan dan pencegah kanker. Hal inilah yang membuatnya semakin digandrungi, terutama oleh konsumen yang peduli kesehatan.
Kesuksesan Triyanto tak lepas dari dukungan modal dan pembinaan. Ia menjadi mitra binaan PT Phapros Tbk, anak usaha Kimia Farma, melalui Program Kemitraan UMKM. Berkat pendampingan ini, ia kini memiliki lahan produksi sendiri dan berencana memperluas kapasitas usaha.
“Harapan kami usaha ini bisa menembus pasar ekspor dan memberi manfaat ekonomi lebih luas, termasuk bagi petani parijoto,” ujarnya.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait
