Kesadaran Lingkungan Meningkat
Antusiasme warga terhadap bahan bakar ramah lingkungan itu terus meningkat. Sejumlah pengguna mengaku, bukan hanya karena faktor lingkungan, tetapi juga karena performa kendaraan yang lebih baik dan pengalaman baru dalam pelayanan digital di SPBU.
Salah satunya Ilham Aksa, seorang pemotor yang rutin mengisi Pertamax Green senilai Rp20 ribu di SPBU Sultan Agung yang melayani self service. Ia bercerita, transaksi kini bisa dilakukan dengan mudah menggunakan sistem digital seperti QRIS, tanpa harus membawa uang tunai.
“BBM Pertamax Green ini sangat ramah lingkungan. Tarikan motor jadi lebih enteng, mesinnya terasa lebih bersih, dan performanya lebih halus,” ujar Aksa, yang sudah menggunakan Pertamax Green sejak pertama kali diluncurkan pada Juli lalu.
Menurut Aksa, meskipun harga Pertamax Green sedikit lebih tinggi dibanding jenis BBM lain, ia tidak mempermasalahkannya. “Kalau soal harga, enggak apa-apa. Yang penting kendaraan enak dipakai dan lebih ramah lingkungan. Saya malah ingin masyarakat lain juga mencoba, terutama di Kota Semarang,” tambahnya.
Kesan positif juga datang dari Rio Baskoro, pengguna mobil pribadi yang baru pertama kali mencoba Pertamax Green saat peluncuran perdana di Semarang. Ia mengaku terkejut dengan hasil uji emisi kendaraannya.
“Tadi saya coba uji emisi, hasilnya jauh banget bedanya. Emisi gas buang jauh lebih rendah, udara juga lebih aman,” tuturnya.
Rio menilai harga Pertamax Green masih terjangkau dibanding manfaatnya. Ia bahkan mengusulkan agar BBM ini lebih luas digunakan. “Menurut saya, sebaiknya masyarakat mulai beralih ke Pertamax Green. Harganya masuk akal, dan manfaatnya terasa banget,” ujarnya usai mengisi bahan bakar senilai Rp300 ribu.
Region Head Astra Motor Jawa Tengah, Ronaldo Wijaya, menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir terhadap penggunaan bahan bakar campuran etanol seperti Pertamax Green. Menurutnya, seluruh mesin motor Honda, baik model lama maupun keluaran terbaru, telah melalui uji kompatibilitas terhadap bahan bakar E5 hingga E10 (campuran etanol 5–10 persen).
“Mesin Anda aman, teknologi kami mendukung, jadi tidak perlu khawatir,” ujarnya dalam peluncuran New Honda ADV 160 di Solo, 18 Oktober 2025.
Ronaldo menjelaskan, pemerintah Indonesia tengah mendorong percepatan program bahan bakar nabati (bioetanol) sebagai bagian dari strategi transisi energi. Saat ini, implementasi BBM E5 sudah berjalan di sejumlah SPBU, dan rencana penerapan E10 sedang dikaji oleh Kementerian ESDM.
“Teknologi injeksi yang kita gunakan sudah dilengkapi sensor canggih dan filter bensin berstandar internasional. Bahkan, injektor motor Honda sekarang sudah punya sistem adaptif untuk campuran etanol,” jelas Ronaldo.
Ia menambahkan, faktor penting bukan hanya pada jenis bahan bakar, tetapi juga pada perawatan berkala. “Banyak kasus motor dianggap bermasalah karena BBM, padahal filter bensinnya tidak pernah diganti. Jadi yang utama adalah disiplin servis,” ujarnya menekankan.
Ronaldo juga mengungkapkan bahwa Astra Motor telah berkoordinasi dengan pabrikan dan dealer resmi di Jawa Tengah untuk melakukan sosialisasi BBM etanol kepada konsumen. “Kami siap mendukung kebijakan energi hijau pemerintah. Jika nanti diberlakukan E10 secara nasional, Honda sudah siap dari sisi teknologi maupun layanan purnajualnya,” tandasnya.
Penggunaan bahan bakar campuran etanol seperti E5 memiliki manfaat untuk lingkungan. Studi-internasional menyebut bahwa campuran etanol dapat mengurangi emisi CO₂ sekitar 3–5% dibanding bensin fosil murni untuk kondisi kendaraan tertentu.
Jika misalnya 1 juta kendaraan beralih menggunakan produk seperti Pertamax Green, maka secara hipotetis dapat menghemat emisi hingga sekitar 120.000 ton CO₂ per tahun — asumsi yang digunakan untuk skala besar dan mengacu pada pengurangan intensitas emisi.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait
