Di Peta, Soeharto memulai karier sebagai sukarelawan pasukan Kepolisian Jepang, Keibuho. Pada 1 Desember 1942 bersama sejumlah temannya, ia mendaftar Keibuho Yogyakarta. Kariernya melesat dengan cepat.
Pada 8 Oktober 1943, Soeharto diangkat sebagai Shodancho (Komandan peleton) dan ditempatkan di wilayah Wates, Yogyakarta. Pada tahun 1944, setelah mengikuti pendidikan militer lanjutan di Bogor, Jawa Barat, ia diangkat menjadi Chudancho.
“Di asrama Peta Bogor ia tinggal bersama-sama dengan Shodancho Singgih,” tulis O.G Roeder dalam Anak Desa, Biografi Presiden Soeharto. Singgih merupakan putra Panji Singgih, teman Bung Karno dalam pergerakan nasional.
Pada 16 Agustus 1945, Singgih bersama Sukarni terlibat dalam penculikan Bung Karno dan Bung Hatta yang dikenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Pada 15 Agustus 1945, di mana para tokoh pergerakan di Jakarta mengalami situasi tegang, Soeharto berada di Brebeg, Nganjuk, Jawa Timur, di kawasan lereng Gunung Wilis.
Ia di Brebeg sejak Maret 1945. Sebelumnya pada akhir 1944 dan awal 1945, ia mondar-mandir antara Solo, Jakarta, dan Madiun. Di Brebeg, Nganjuk Soeharto ditugasi Jepang melatih kembali para prajurit batalion Peta Blitar yang dilucuti dan kehilangan semangat paska pemberontakan Shodancho Soeprijadi 14 Februari 1945.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto