get app
inews
Aa Text
Read Next : Cara Perawatan Mesin Motor agar Performa Optimal, Teknisi Honda Berbagi Tips

Miliki 12 Istri dan 102 Anak, Hasahya: Semua Istri Masak dan Tinggal di Rumah yang Sama

Minggu, 20 November 2022 | 09:46 WIB
header img
Miliki 12 Istri dan 102 Anak, Hasahya: Semua Istri Masak dan Tinggal di Rumah yang Sama (Foto: The Monitor)

KAMPALA – Miliki 12 istri dan 102 anak, seorang pria di Uganda menarik perhatian banyak kalangan. Pria bernama lengkap Mzee Musa Hasahya itu memiliki 12 istri, 102 anak, dan 562 cucu. 

Hasahya tinggal bersama keluarga super besarnya di sebuah rumah semipermanen dengan 12 kamar tidur di Desa Bugisa, Kota Busaba, Distrik Butaleja, Uganda. Dia telah menjadi pimpinan desa tempat tinggalnya selama dua dekade, selain juga tugas-tugas lain yang diberikan oleh warga Bugisa.

Saat ditanya mengapa dia memiliki keluarga yang begitu besar, Hasahya menjawab bahwa dia tidak puas hanya memiliki satu istri saja. Dia bahkan menertawakan orang-orang yang menjalani monogami, atau hanya memilki satu istri.

“Bagaimana seorang pria bisa puas dengan satu wanita? Itu tandanya terlahir sebagai laki-laki tapi dengan hormon perempuan,” ujarnya sebagaimana dikutip The Monitor.

“Semua istri saya memasak dengan cara yang sama dan tinggal bersama di rumah yang sama. Mudah bagi saya untuk memantau mereka dan juga menghentikan mereka kawin lari dengan laki-laki lain di desa ini,” katanya.

Menurut istri pertamanya, Hanifa, Hashaya adalah suami yang baik, mengurus semua keperluan mereka dan mencintai istri-istrinya secara adil.

“Kami memasak, makan, bekerja bersama, dan tidur di bawah satu atap. Dia adalah suami yang baik bagi kita semua,” kata Hanifa.

Tidak mudah untuk mengidentifikasi anak-anak Hashaya dan dari istri yang mana mereka dilahirkan. Mereka memiliki kemiripan yang mencolok dan mudah menyatu satu sama lain; lebih seperti berada di lingkungan sekolah.

Hashaya mengatakan meskipun dia dapat membedakan anak dan cucunya, dia tidak mengenal mereka semua dengan nama.

Rumah itu memiliki semua generasi. Mereka yang telah memulai keluarga di sekitar rumah utama, mereka yang masih remaja, dan lainnya baru saja keluar lepas dari popok mereka.

Anak-anak yang lebih tua membantu ibu mereka merawat yang lebih muda. Sementara puluhan lainnya telah menikah dan memiliki keluarga sendiri atau bekerja jauh.

Lahir pada 19 Januari 1955, Hasahya menikahi istri pertamanya pada usia 16 tahun pada 1971 setelah putus sekolah.

“Saya menikahi istri kedua saya dan membayar tiga ekor sapi, empat ekor kambing dan denda sebesar Shs15.000 (sekira Rp63.000). Saya kemudian menikah dengan istri ketiga dan saya membayar mahar tiga ekor sapi, empat ekor kambing, dan Shs15.000,” katanya.

Dia menambahkan: “Setelah dua tahun, saya menikah dengan istri keempat yang saya bayar dua sapi, empat kambing dan Shs15.000 sebagai mas kawin. Saya terus menikah sampai jumlahnya mencapai 12.”

Dia mengatakan dia senang bahwa di masa depan anak cucunya akan menghasilkan lebih banyak anak untuk memperluas klan.

Kakeknya, Musa Hasahya, menikahi 30 istri

“Almarhum ayah saya, Mwamadi Mudumba, memiliki dua istri tetapi hanya menghasilkan dua anak. Ini mempertaruhkan kepunahan keluarga dan klan kami,” katanya, menambahkan bahwa meskipun dia adalah seorang pria poligami, dia menjadikan keluarga sebagai prioritas utama.

Tidak ada pertengkaran di antara istri dan anak-anaknya, kata Hasahya, tetapi jika ada kesalahpahaman, dia menyelesaikan masalah secara damai tanpa tanda-tanda kekerasan.

Hasahya mengatakan meskipun tumbuh dalam kemiskinan yang parah, dia berhasil menjalankan bisnis dan mendapat kekayaan. Bahkan, menurut Hasahya, dia menjadi sangat kaya sehingga setiap rumah yang ketuk pintunya untuk meminta pengantin akan langsung memberikan.

Namun, kini kekayaan Hasahya mulai hilang, setelah usaha ternaknya bangkrut empat tahun lalu. Sebagian istrinya bahkan telah meninggalkannya karena kondisi keuangan yang buruk. Dari 12 istri, kini hanya enam orang yang masih tinggal di rumah Hasahya.

Ayub Maliki, salah seorang tetangga mengatakan bahwa Hasahya adalah orang yang jujur dan bijaksana, sehingga dia dipilih sebagai ketua desa. Menurut Maliki, Hasahya adalah Muslim pertama di Bugisa dan memilki kontribusi pada pembangunan masjid di sana.

Namun, karena jumlah anak dan cucunya yang banyak, Hasahya belum bisa menyekolahkan anak-anaknya.

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut