SEMARANG, iNewsJoglosemar.id - Hangat dan penuh keakraban. Itulah kata yang dapat menggambarkan reuni puluhan orang yang merupakan alumni Sekolah Asisten Apoteker (SAA) Yayasan Farmasi Semarang. Mereka lulus dalam rentang waktu dari tahun 1957 hingga 1980.
Meskipun telah berpisah puluhan tahun dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia, mereka tetap akrab. Terlihat saat mereka berpose di depan kamera yang langsung berjajar untuk memamerkan senyum terbaik.
Reuni berpusat di Kota Semarang dan dimulai dengan makan malam bersama pada Senin, 25 September 2023. Pagi harinya, para alumni menikmati kuliner legendaris, Gudeg Merak Mati, di Kabupaten Semarang, dan melanjutkan perjalanan ke Taman Bunga di kawasan wisata New Celosia di Bandungan.
Masih berada di kawasan Bandungan, mereka tidak melewatkan kesempatan untuk menikmati kuliner khas Tahu Serasi langsung di pabriknya yang merupakan milik Ibu Hj. Khotijah. Walaupun sebagian besar dari mereka tidak lagi dalam usia muda, berbagai hidangan yang dihidangkan tetap menjadi pesta rasa yang bisa dinikmati bersama. Puncaknya, sajian utama adalah durian yang disajikan dengan susu kedelai. Menyajikan kenikmatan sekaligus menghangatkan tubuh di tengah sejuknya udara Gunung Ungaran.
Setelah itu, keakraban terus berlanjut dengan menikmati ngopi bersama di kawasan yang sejuk di Salatiga.
Ketua rombongan, Paulus Candra Santoso, mengungkapkan bahwa jalinan silaturahmi ini bisa terus terbangun karena komitmen dari semua alumni. Meskipun mereka berjarak jauh dan berada di berbagai kota, teknologi yang berkembang pesat memungkinkan mereka untuk saling berkomunikasi dengan mudah melalui aplikasi grup percakapan.
"Jadi di sini kita semua sama saling kompak dan akrab. Tidak ada yang namanya kaya dan miskin," lugas Candra.
Reuni ini semakin istimewa karena dihadiri oleh empat guru yang pernah mengajar mereka. Bahkan salah satu guru yang kini tinggal di Sydney, Australia, yaitu Ira Pranoto, rela terbang kembali ke Tanah Air demi bertemu mantan anak didiknya sekaligus melepas kangen. Ira Pranoto, yang akrab disapa Bu Fenny oleh murid-muridnya, merasa bangga dan terhormat karena masih dilibatkan dalam kegiatan para alumni. Dia memberikan pesan kepada seluruh alumni agar tetap kompak dan menjaga kerukunan.
"Rasanya saya ini kalau kata orang Jawa 'diuwongke'. Seneng dan bangga karena mereka tetap rukun dan guyub," katanya.
Reuni "Tamba Kangen" ini bukan hanya sebuah pertemuan, tetapi juga pembuktian bahwa ikatan persahabatan yang kuat dan kenangan indah dari masa sekolah dapat tetap terjalin seiring berjalannya waktu.
Editor : Enih Nurhaeni