SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Nenek Rosa, panggilan Rosalia Maliawati bukan hanya menciptakan kue kering yang memikat lidah, tetapi juga mengubah kehidupannya. Nenek berusia 61 tahun ini berhasil mengubah hobi membuat kue kering menjadi sebuah profesi yang menghasilkan.
Bermula dari kegemaran nenek Rosa dalam membuat kue kering di rumahnya Jalan Satria Barat Semarang Utara Kota Semarang. Semenjak anak-anaknya masih kecil, nenek Rosa telah memulai hobi meracik kue kering sebagai cara untuk mengisi waktu luangnya.
Salah satu kreasi kue kering unggulan nenek Rosa yang menjadi favorit banyak orang adalah "Ampyang Cokelat". Camilan yang banyak digemari masyarakat, karena memadukan rasa manis gula jawa dan kacang tanah.
Di tangan nenek Rosa, makanan itu mendapat sentuhan berbeda. Dia mengolah kacang tanah dengan gula palem, telur sebagai pengikat, serta sedikit sentuhan cokelat. Proses pembuatannya menggunakan oven memberikan rasa yang khas dan tahan lama hingga 6-7 bulan.
“Ampyang Cokelat itu, kacang tanah di-oven dulu baru dan blender kasar. Kemudian diolah dengan gula palem, sama telur sebagai pengikat. Untuk cokelat itu hanya perasa, jadi bukan cokelat blok. Kacang tidak dilumuri dengan cokelat, tidak seperti itu. Warna cokelat itu dari gula palem,” kata nenek Rossa kepada iNewsJoglosemar.id di Rumah BUMN Semarang, Jumat (22/3/2024).
“Di-oven supaya berbeda dengan yang Ampyang yang pakai gula jawa. Dan dengan di-oven ini menjadi lebih tahan lama sebenarnya,” imbuh dia.
Pasar Meluas
Resep buatannya itu ternyata memiliki cita rasa yang unik dan menggugah selera. Pelanggan bukan lagi teman-temannya sesama pengantar anak di sekolah, tetapi meluas hingga beragam kalangan. Hobi sederhana telah berkembang menjadi sebuah profesi yang menguntungkan.
“Kalau antar cucu di TK itu kita kan ketemuan dengan sesama orang tua, sambil menunggu anak sekolah semua pada jualan. Di situ saya mulai berpikir sebaiknya jualan apa, dan akhirnya pilih jualan kue kering. Itu hobi saya sejak tahun 2000-an sudah sering bikin,” terangnya.
“Dulu, ibu saya itu juga hobi bikin kue kering, saya ngeneki (membantu) kemudian lama-lama saya suruh bikin sehingga bisa membuat sendiri. Sampai akhirnya percaya diri untuk membuat dan menawarkan ke orang kain,” lanjutnya.
Ibu dua anak dan nenek tiga cucu itu menyebut, semula kue kering buatannya hanya dijual pada momen Hari Raya Natal dan Lebaran Idul Fitri. Dia lantas berpikir, untuk lebih mengembangkan usaha dengan menjual kue di luar waktu tersebut.
“Kue kering itu sebelumnya dikemas dalam toples. Kemudian dengan adanya pemikiran itu, saya masukkan ke sini pouch. Dengan kemasan berbeda, ternyata makanan ini bisa dipasarkan tanpa harus menunggu Hari Raya,” tandasnya.
Nenek Rosa tidak hanya berhenti pada Ampyang Cokelat, tetapi juga menciptakan berbagai varian kue kering lainnya seperti Raisin Oatmeal dan Onde-Onde. Kreativitasnya dalam menciptakan kue-kue kering yang lezat dan berbeda membuatnya semakin dikenal di kalangan masyarakat Semarang.
“Saya menciptakan varian baru kue-kue kering yang dapat dinikmati sehari-hari, seperti Raisin Oatmeal dan Ampyang Cokelat. Keduanya menjadi produk unggulan karena tidak memiliki kompetitor sejenis,” imbuhnya.
Pelatihan Kemasan
Proses pembuatan kue-kue kering tersebut juga melibatkan anak-anaknya. Meskipun mereka telah berkeluarga, mereka tetap membantu dalam memproduksi kue-kue tersebut. Selain itu, Rosalia juga menjalin kemitraan dengan toko oleh-oleh di Semarang.
“Untuk kapasitas produksi makin hari makin banyak, karena kita punya outlet cukup banyak. Meskipun tidak setiap hari kita produksi, tapi setiap bulan kita bisa bikin 100 pouch Ampyang Cokelat maupun Raisin Oatmeal,” terangnya.
Keberhasilan nenek Rosa dalam menjalankan usahanya tidak lepas dari dukungan yang diberikan Rumah BUMN BRI. Sejak bergabung pada tahun 2020, dia mendapatkan banyak manfaat, baik dari segi peningkatan kualitas produk maupun pelatihan-pelatihan lain.
“Pastinya banyak manfaat kita di sini, karena banyak berteman kita juga bisa melihat produk yang menjadikan lebih baik, yang tadinya hanya dikemas plastik, kemudian maju menjadi pouch, yang lebih bagus,” ucapnya bangga.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menjelaskan, terdapat lebih dari 7.000 UMKM yang bergabung di Rumah BUMN Semarang. Banyak manfaat yang telah diperoleh mulai pelatihan packaging, pemasaran, hingga food fotografi. Beberapa produknya juga terpampang di showcase Rumah BUMN Semarang.
“Kita berikan pelatihan fotografi, packaging, cara pemasaran di marketplace agar para UMKM ini bisa naik kelas. Dengan kemasan yang bagus, akan meningkatkan nilai jual,” tandas Tia.
Editor : Enih Nurhaeni