Viral! Jalan Patah di Trangkil Unnes, Pemotor Serasa Terbang

SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID — Jagat media sosial digemparkan dengan video viral yang memperlihatkan jalan di kawasan Trangkil Sukorejo arah Universitas Negeri Semarang (Unnes) tampak patah dan bergelombang, membuat pengendara motor kaget serasa terbang saat melintas. Kejadian tersebut terjadi di tanjakan Trangkil, wilayah yang ternyata berada di jalur sesar aktif.
Dalam video yang diunggah akun Instagram @infokejadian_semarang, tampak badan jalan retak dan mengangkat sebagian permukaan beton. Retakan tersebut kini menjadi sorotan publik sekaligus pertanyaan besar: ada apa di bawah permukaan tanah Semarang bagian selatan?
Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah Dinas ESDM Jawa Tengah, Heru Sugiharto, mengonfirmasi bahwa lokasi jalan yang rusak berada tepat di atas jalur sesar aktif. Ia menjelaskan bahwa keberadaan retakan jalan hingga beton yang menyembul merupakan indikasi kuat adanya aktivitas geologi serius.
"Di lokasi tanjakan Trangkil terdapat dua jalur patahan aktif. Di sana juga ada Perumahan Trangkil Sejahtera yang sudah kami kaji sebelumnya," kata Heru saat dikonfirmasi.
Heru menegaskan, kerusakan infrastruktur di titik tersebut tidak lepas dari kurangnya konsultasi geologi sebelum pembangunan dilakukan. Menurutnya, kawasan yang dilintasi patahan aktif semestinya dikaji lebih mendalam sebelum dikembangkan.
"Ini sudah parah karena saat pengembang membangun, tidak konsultasi ke kami. Padahal wilayah tersebut berada di jalur patahan aktif," ujarnya.
ESDM mencatat setidaknya terdapat tiga jalur sesar mayor yang membentang di kawasan selatan Kota Semarang. Sesar pertama membentang dari Kalialang hingga Sadeng melalui kawasan Green Wood, Bukit Manyaran Permai, dan Goa Kreo.
Sesar kedua melintasi tanjakan Trangkil, titik lokasi retakan jalan yang kini ramai diperbincangkan. Sedangkan sesar ketiga berada di timur laut Semarang, dari Bendan Duwur hingga Hutan Tinjomoyo.
Secara geologis, Kota Semarang berada di wilayah yang dipengaruhi dua mega sesar utama: Sesar Kaligarang dan Sesar Baribis. Aktivitas tektonik dari dua sesar ini menimbulkan banyak patahan minor dan mayor di wilayah sekitarnya, termasuk akibat pergeseran lempeng tektonik antara Asia dan Indo-Australia.
"Wilayah rawan ada di selatan, seperti Mijen, Gunungpati, Banyumanik, hingga Tembalang. Sedangkan wilayah utara relatif lebih aman karena struktur tanahnya masih muda dan lunak," jelas Heru.
Tanah di kawasan sesar umumnya terdiri dari batuan tua Formasi Kerek dan Kalibeng, yang kaya akan kandungan lempung. Heru menyebut, jenis tanah ini bersifat ekspansif: mudah mengembang saat basah dan menyusut saat kering.
"Swelling atau pengembangannya tinggi. Jika dibiarkan, bangunan akan mudah rusak. Ini menjadikan kawasan tersebut rawan terhadap bencana geologi," lanjutnya.
Sebagai bentuk mitigasi, ESDM Jawa Tengah telah menerapkan sistem peringatan dini (early warning system/EWS) yang dipakai Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), terutama di wilayah rawan.
Meski begitu, Heru menyayangkan kurangnya perhatian dari pihak pengembang. Baru sejak 2019 kesadaran akan pentingnya kajian geologi mulai meningkat, terutama ketika menyangkut pembiayaan kredit rumah.
"Kalau ada pengembang mau bangun rumah KPR pasti izin ke kami. Jika daerah berada di jalur patahan, bank umumnya menolak memberikan kredit pembiayaan," katanya.
Heru menekankan bahwa ESDM hanya memberikan rekomendasi teknis, bukan keputusan final. Jika lahan berada di zona sesar aktif, sebaiknya dimanfaatkan untuk pertanian semusim, bukan bangunan permanen.
Namun, apabila pembangunan tetap dilakukan, maka harus ada rekayasa teknis yang memadai, mirip standar pembangunan tahan gempa seperti di Jepang.
"Kalau untuk bangunan sipil seperti jembatan, jalan, atau gedung, harus ada rekayasa teknis yang sesuai. Di sini pun harus begitu, meminimalkan dampak fatal akibat pergerakan tanah," pungkasnya.
Editor : Enih Nurhaeni