Mutiara Masa Populerkan Wedang Mataram, Minuman Rempah Peningkat Vitalitas

SEMARANG,iNEWSJOGLOSEMAR.ID - Alva Mutiara Masa (54), pelaku UMKM asal Plombokan, Semarang, sukses mengangkat wedang rempah racikan tradisional menjadi bisnis yang kini mulai menembus pasar luar negeri. Ia memproduksi dua varian unggulan, yaitu wedang uwuh dan wedang mataram, yang diraciknya sejak 2021 dengan komposisi rempah khas Nusantara.
Usaha ini berawal dari kebutuhannya sendiri saat tinggal di Lembang, Bandung Barat, Jawa Barat, yang hawanya dingin namun tak ada minuman hangat seperti wedang. Ia lantas membuat racikan minuman rempah dengan brand Mutiaramasa.
"Waktu itu saya tinggal di Jawa Barat, hawa dingin, dan enggak ada wedang. Saya kenalkan produk ini di sana dulu, dulu mereka tahunya minuman herbal," ungkap Alva, Selasa (25/3/2025).
Dari dua varian, wedang mataram menjadi favorit pelanggan karena dianggap unik dan berbeda dari minuman rempah biasa. Bahkan, banyak testimoni dari konsumen pria yang merasa vitalitasnya meningkat setelah rutin mengonsumsinya.
"Katanya setelah minum ini vitalitas naik, bahkan yang lama enggak hamil, istrinya jadi hamil," ujarnya sambil tersenyum.
Alva menegaskan bahwa testimoni itu datang langsung dari pelanggannya di sana, tanpa ia rancang secara khusus untuk manfaat tersebut. "Saya sebenarnya bikin ini bukan khusus untuk para cowok, cuma katanya mereka ini tokcer," tambahnya dengan logat khas Semarang.
Racikan wedang mataram terdiri dari serai, jeruk nipis, kapulaga, kayu manis, cengkeh, dan jahe merah yang kini harganya cukup tinggi, yakni Rp45 ribu per kilogram. Sebelumnya harga jahe merah sempat menembus Rp60 ribu, membuat biaya produksinya naik.
Dalam setiap kemasan, Alva menyertakan gula batu terpisah, sehingga pembeli bisa menyesuaikan rasa manis sesuai selera. Ia bahkan menyarankan, jika ingin hasil lebih maksimal, wedang ini bisa dicampur dengan madu.
"Satu cangkir itu untuk 250 ml, bisa diseduh dua kali," jelasnya.
Produknya sudah mendapat sertifikat halal dari MUI, menambah kepercayaan konsumen baik di dalam maupun luar negeri. Kapasitas produksinya saat ini mencapai 200-300 paket per bulan, dengan penjualan masih didominasi pasar domestik.
Meski begitu, wedang rempah Alva sudah pernah dibawa ke luar negeri oleh pelanggannya sebagai oleh-oleh khas Indonesia. "Ke Norwegia, Hongkong, saat teman-teman saya ke sini dibawa ke sana sebagai oleh-oleh," kata Alva bangga.
Keinginan untuk ekspor resmi pun mulai muncul, namun ia mengakui masih terkendala prosedur ekspor yang panjang. "Saya mau ekspor, tapi masih belum bisa, prosedurnya panjang," ujarnya.
Produk wedang mataramnya dijual dengan harga Rp30 ribu per kemasan berisi lima saset, membuatnya cukup terjangkau namun tetap eksklusif di mata pelanggan. Alva memastikan setiap produk diracik dengan bahan segar untuk menjaga kualitas rasa dan khasiatnya.
Ia mengaku, resep minuman rempah ini ia gali secara otodidak berdasarkan pengalaman hidup di daerah dingin. "Tiap sore berkabut, setiap mau tidur minum saya ini. Lama-lama banyak yang minta, jadi saya lanjutkan sampai sekarang," ujarnya.
Sejak bergabung dengan Rumah BUMN Semarang, Alva merasakan perkembangan usahanya semakin pesat. Ia mengaku belum genap setahun bergabung, namun sudah bisa mengikuti berbagai pelatihan yang membantu usahanya naik kelas.
Kesempatan pertamanya adalah mengikuti Bazar Ramadan di Balai Kota Semarang, yang difasilitasi oleh Rumah BUMN. "Difasilitasi QRIS BRI, jadi memudahkan transaksi, nggak pakai uang tunai lagi," terang Alva.
Ia berharap ke depan bisa ikut lebih banyak pelatihan, baik soal pemasaran digital, pengemasan, hingga pencatatan keuangan agar usahanya semakin profesional. Alva menyadari bahwa untuk masuk pasar ekspor, ia butuh kesiapan lebih matang.
Alva optimistis, ke depan produknya bisa melangkah lebih jauh. Ia percaya minuman rempah tradisional Indonesia punya pasar besar di luar negeri. Terutama karena tren hidup sehat yang kini tengah naik daun.
Ia pun terus menjaga kualitas produknya, baik dari sisi rasa, kemasan, maupun proses produksi agar tetap memenuhi standar yang diinginkan pasar global. Dengan dukungan Rumah BUMN, ia yakin usahanya bisa naik kelas.
Kini, Alva fokus meningkatkan kapasitas produksi sambil menjajaki peluang ekspor yang lebih luas. "Yang penting, pelan-pelan tapi pasti, sambil terus belajar dan ikut pelatihan," tandasnya.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistyawati, menegaskan bahwa pihaknya terus mendorong UMKM seperti Alva untuk naik kelas dan masuk pasar global. Rumah BUMN membina lebih dari 7.000 UMKM di Jawa Tengah.
Program yang dijalankan Rumah BUMN tak sekadar pelatihan biasa, tapi mencakup peningkatan kualitas produk, digitalisasi layanan, business matching, hingga pendampingan ekspor. "Kami ingin UMKM Semarang tidak hanya kuat di dalam negeri, tapi juga bisa bersaing secara global," ujar Tia, sapaan akrabnya.
Ia menilai, produk wedang rempah Alva punya potensi besar untuk menembus pasar mancanegara, apalagi sudah memiliki sertifikasi halal yang menjadi syarat penting di banyak negara. Ia juga mendorong agar Alva segera mengikuti pelatihan ekspor yang rutin digelar.
Menurutnya, tantangan utama UMKM untuk ekspor adalah kesiapan administrasi dan logistik, yang bisa diatasi dengan pendampingan dari Rumah BUMN. "Kami siap membantu pelaku usaha seperti Alva, agar prosedur ekspor tidak lagi jadi hambatan," pungkasnya.
Editor : Enih Nurhaeni