Calon Pemandu Wisata Dilatih di Lawang Sewu, Fokus pada Turis Asing

SEMARANG, iNEWSJOGLOSEMAR.ID – Kota Semarang terus mempersiapkan diri menjadi salah satu destinasi unggulan wisata bahari, termasuk dengan menyambut kedatangan turis asing dari kapal pesiar. Salah satu upaya konkret dilakukan melalui pelatihan intensif dan pemantapan bagi calon pemandu wisata.
Pada Rabu, 14 Mei 2025, tujuh calon pemandu wisata mengikuti sesi pemantapan langsung di destinasi ikonik Kota Atlas, Lawang Sewu. Mereka berasal dari berbagai latar belakang, seperti peserta Balai Latihan Kerja (BLK) Semarang, mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), STIEPARI, dan Universitas Semarang.
Kegiatan ini merupakan bagian lanjutan dari pelatihan selama tiga hari yang sebelumnya difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. Dalam sesi lanjutan, peserta langsung didampingi oleh pemandu wisata senior, Yuliansyah Ariawan, yang sekaligus menjadi fasilitator utama.
“Tujuan kegiatan ini adalah membekali calon pemandu dengan keterampilan menyampaikan informasi sejarah yang relevan dan sesuai kebutuhan turis asing, termasuk hal-hal yang sebaiknya tidak perlu disampaikan,” kata Yuliansyah saat memandu peserta di halaman Lawang Sewu.
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar dalam pemanduan wisata internasional adalah kemampuan komunikasi dalam bahasa Inggris. “Pemantapan ini penting karena masih sangat sedikit pemandu wisata yang mampu berkomunikasi dengan baik dalam Bahasa Inggris,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Semarang memiliki potensi besar karena setiap tahunnya sekitar 25 kapal pesiar bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas, membawa ribuan turis asing. Jumlah itu belum termasuk turis yang datang melalui biro perjalanan internasional lainnya.
Lebih dari Sekadar Bahasa
Namun menurut Yuliansyah, menjadi pemandu yang baik tak cukup hanya mengandalkan kefasihan bahasa. Wawasan lintas budaya menjadi elemen penting lain yang harus dikuasai.
“Jangan menanyakan hal-hal pribadi seperti status pernikahan, usia, atau pekerjaan mereka. Itu dianggap tidak sopan di beberapa budaya,” pesannya. Selain itu, ia juga mengingatkan soal kecenderungan beberapa turis asing yang enggan difoto.
“Daripada memaksa mereka berfoto bersama, lebih baik arahkan mereka ke spot-spot yang fotogenik. Di Lawang Sewu, pintu utama, tangga besar, dan halaman tengah adalah favorit,” lanjutnya sambil meminta para peserta mempraktikkan cara memandu turis ke titik-titik tersebut.
Sesi ini tidak hanya berupa teori. Peserta diberi kesempatan untuk mempraktikkan penyampaian informasi sejarah dalam bahasa Inggris, diselingi dengan tips komunikasi sopan dan menarik. Selain itu, peserta juga diajak berdiskusi tentang kemungkinan pertanyaan turis dan bagaimana meresponsnya dengan tepat.
Pemantapan ini belum berakhir. Minggu depan, peserta dijadwalkan kembali ke lokasi untuk menjalani praktik lapangan langsung. Mereka akan diminta menyusun narasi pemanduan yang mencakup alur cerita, titik pemberhentian, serta materi penyampaian yang relevan dan menarik.
“Tujuan akhir dari pelatihan ini adalah mencetak pemandu wisata yang tidak hanya mahir berbahasa Inggris, tapi juga peka terhadap budaya tamu dan mampu menjadi wajah ramah Kota Semarang di mata dunia,” tutup Yuliansyah.
Editor : Enih Nurhaeni