Efisiensi! Sektor Hotel di Jateng Melambat Rp150 Miliar

Efek Langsung: Efisiensi dan PHK Kasual
Dengan kondisi hunian hotel yang sempat jatuh ke bawah 20 persen, manajemen hotel melakukan berbagai langkah efisiensi, termasuk pengurangan jam kerja, pemutusan kontrak karyawan tidak tetap, serta pemberlakuan cuti di luar tanggungan perusahaan.
“Hotel akan jalan ketika 50 persen, kalau hanya tinggal 20 persen, efisiensinya sangat ketat. Maka yang terdampak juga adalah SDM tenaga kerja,” jelas Heru.
Ia menambahkan bahwa karyawan dengan status casual atau pekerja harian paling terdampak karena hanya dipanggil saat ada kegiatan.
“Ketika event tidak ada, mereka kita lepas. Kalau kontrak habis, tidak diperpanjang. Itu yang terjadi,” tegasnya.
Endro Wicaksa: Saatnya Garap Pasar Sekunder
Sementara itu, Kabid Pemasaran Pariwisata Disporapar Jateng, Endro Wicaksa, mengatakan bahwa pelaku hotel harus mulai beralih dari ketergantungan pada pasar primer seperti instansi pemerintah. Menurutnya, pasar sekunder seperti wisatawan reguler bisa menjadi solusi jangka menengah.
“Perhotelan harus berinisiatif untuk menggarap pasar sekunder, sehingga bisa menggantikan pasar primer yang sedang menurun karena dampak efisiensi anggaran,” ucap Endro.
Endro menambahkan bahwa peluang tetap terbuka dengan dibukanya kembali Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, Semarang, yang kini melayani 13 rute penerbangan langsung. Hal ini menjadi peluang untuk menjaring wisatawan mancanegara.
“Itu harus ditangkap perhotelan untuk membuat produk yang bisa menarik kunjungan ke Semarang,” ujarnya.
Editor : Enih Nurhaeni