get app
inews
Aa Text
Read Next : Motor Oleng, Ibu dan Anak Nyemplung Parit 3 Meter di Depan PLN Ungaran

DP3A Semarang Ungkap 172 Kasus Kekerasan hingga September, Penculikan Anak Jadi Sorotan

Kamis, 16 Oktober 2025 | 17:42 WIB
header img
DP3A Semarang Ungkap 172 Kasus Kekerasan hingga September, Penculikan Anak Jadi Sorotan. Foto: Taufik Budi

 

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Semarang terus menunjukkan tren peningkatan. Hingga September 2025, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang mencatat 172 kasus kekerasan, sementara sepanjang tahun 2024 lalu tercatat 256 kasus. Lonjakan angka ini memunculkan kekhawatiran, terlebih setelah muncul kasus penculikan anak sepulang sekolah beberapa waktu lalu.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3A Kota Semarang, Noegroho Edy Rijanto, mengatakan peningkatan angka tersebut tidak selalu menunjukkan hal negatif. Sebaliknya, menurutnya hal ini menandakan kesadaran masyarakat untuk melapor semakin tinggi berkat gencarnya edukasi dan pendampingan dari pemerintah.

“Korban memang semakin meningkat, tapi itu bukan berarti situasi makin buruk. Justru karena kami semakin aktif memberikan informasi dan layanan, masyarakat berani melapor,” ujar Edy, di sela acara Rapat Kerja dan Workshop Media Sapa Kota Semaramg di Bandungan Kabupaten Semarang, Kamis (17/10/2025).

Ia menjelaskan, setiap laporan yang masuk akan langsung ditangani tim DP3A tanpa menunggu waktu lama. Bahkan, laporan yang diterima malam hari akan langsung ditindaklanjuti malam itu juga.

“Begitu laporan masuk, kami langsung datang ke lokasi. Tidak menunggu besok pagi. Pendampingan dilakukan hingga kasus tuntas, mulai dari asesmen, visum di RS, hingga proses hukum di kepolisian,” jelasnya.

Kasus Penculikan Anak

Edy juga menyoroti meningkatnya kasus penculikan dan pelecehan terhadap anak, terutama yang terjadi di luar jam sekolah. Menurutnya, mayoritas kasus berlangsung ketika anak-anak sudah tidak lagi berada di bawah pengawasan guru atau orang tua.

“Kasus penculikan atau pelecehan sering terjadi di luar jam sekolah. Pelaku memanfaatkan kelengahan pengawasan. Karena itu kami bekerja sama dengan kepolisian agar kasus serupa bisa dicegah,” ujarnya.

Salah satu kasus terbaru yang terjadi di kawasan Gunungpati, kata Edy, menjadi contoh bahwa pelaku kini semakin berani. Namun, kerja cepat antara aparat kepolisian dan tim DP3A berhasil mengamankan pelaku dan melakukan pemulihan mental terhadap korban.

Hilangkan Stigma dan Bangun Empati

Edy menegaskan pentingnya peran media dalam membangun empati publik terhadap korban kekerasan. Menurutnya, pemberitaan yang empatik dan berimbang dapat membantu menghapus stigma sosial yang selama ini melekat pada korban, terutama korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

“Kadang masyarakat masih menstigma korban, seolah perempuanlah yang salah. Padahal mereka adalah pihak yang harus dilindungi. Dengan dukungan media, stigma itu bisa kita turunkan bahkan hilangkan,” tegasnya.

DP3A Semarang juga terus menguatkan pendekatan pelopor dan pelapor di kalangan anak-anak sekolah. Tujuannya, agar setiap anak berani melawan dan melapor ketika melihat atau mengalami tindakan kekerasan.

“Anak-anak harus jadi pelopor dan pelapor. Kalau melihat ada kekerasan atau pelecehan, segera lapor ke guru, orang tua, atau tetangga yang dipercaya,” ujarnya.

Ke depan, DP3A Kota Semarang akan memperluas kolaborasi lintas instansi, termasuk dengan aparat hukum, lembaga pendidikan, serta media massa. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat sistem perlindungan anak dan perempuan di tingkat masyarakat akar rumput.

“Tanpa media, kami tidak bisa apa-apa. Tapi dengan media, seluruh program dan pesan perlindungan perempuan dan anak bisa sampai dengan baik ke masyarakat,” tutur Edy.

 

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut