get app
inews
Aa Text
Read Next : Kasus Siswa Keracunan MBG Meningkat, BPOM Kerahkan Mobil Laboratorium Keliling

PWNU Jateng Sebut Pemenang Peradaban Masa Kini, Bukan yang Kuasai Energi

Jum'at, 24 Oktober 2025 | 06:37 WIB
header img
PWNU Jateng Sebut Pemenang Peradaban Masa Kini, Bukan yang Kuasai Energi. Foto: Taufik Budi

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id — Ketua PWNU Jawa Tengah, KH Abdul Ghaffar Rozin, menegaskan bahwa kekuatan utama bangsa di masa depan bukan lagi pada penguasaan energi, melainkan pada kemandirian pangan. Pernyataan itu disampaikan dalam rangkaian puncak Hari Santri 2025 di Kabupaten Semarang, Kamis (23/10/2025), yang digelar di kawasan sejuk lereng Ungaran.

“Sekarang ini pemenang peradaban itu adalah yang menguasai pangan, bukan lagi yang menguasai energi,” tegasnya di sela acara pembukaan.

Gus Rozin menjelaskan, tiga prioritas besar Nahdlatul Ulama (NU) saat ini meliputi penguatan pertanian, nelayan, dan UMKM. Ketiganya dinilai sebagai akar kekuatan ekonomi masyarakat santri yang perlu terus dijaga agar mampu bertahan di tengah gempuran ekonomi global dan teknologi modern.

“Masyarakat NU itu kekuatannya di bawah. Ada petani, ada nelayan, ada UMKM. Pengusaha besar sedikit, pejabat juga sedikit. Jadi kita harus kuat di akar itu,” ujarnya.

Hari Santri dan Teguhnya Spirit Pertanian

Rangkaian peringatan Hari Santri di Kabupaten Semarang tahun ini digelar selama tiga hari, mulai Kamis hingga Sabtu (23–25 Oktober 2025). Tak hanya berisi acara keagamaan, kegiatan ini juga sarat dengan refleksi ekonomi dan sosial, termasuk konsolidasi para pengasuh pesantren se-Kabupaten Semarang untuk membahas isu-isu aktual.

Menurutnya, pertanian menjadi topik utama dalam perayaan kali ini. Hal itu sejalan dengan karakter Kabupaten Semarang yang dikenal sebagai sentra pertanian organik dan inovasi pangan berkelanjutan. Besok, agenda juga akan diisi oleh Wakil Menteri Pertanian Sudaryono yang akan berbicara soal masa depan pertanian santri di Jawa Tengah.

“Kita ingin agar semangat pertanian ini dimulai dari Kabupaten Semarang. Apalagi di sini masyarakatnya kuat dalam budaya bertani dan Bupatinya sangat suportif,” tutur Pesantren Maslakul Huda Kajen sekaligus menjadi rektor Institut Pesantren Mathali'ul Falah (IPMAFA) Pati itu.

Selain kegiatan ekonomi dan keagamaan, peringatan Hari Santri tahun ini juga dikemas dalam format budaya yang akrab di hati warga NU. Malam ini digelar Ngaji Bandongan, disusul wayangan pada Jumat malam, dan ditutup dengan Jalan Sehat Santri pada Sabtu pagi.

“Selawat penting, ngaji juga penting. Tapi refleksi budaya juga tidak kalah penting. Wayangan itu tradisi kita yang menyatukan semua lapisan masyarakat,” katanya.

Panitia menyiapkan berbagai hadiah menarik, mulai dari sepeda motor hingga paket umrah. “Selain sehat, kita ingin warga juga mendapat semangat baru,” imbuhnya.

Kabupaten Semarang Jadi Pusat Gerak NU

Pemilihan Kabupaten Semarang sebagai tuan rumah puncak perayaan Hari Santri bukan tanpa alasan. Daerah ini dinilai mewakili keberagaman sosial-ekonomi masyarakat Jawa Tengah — dari petani, buruh, hingga pelaku industri.

“Tahun lalu di Kota Semarang, sekarang kita ke kabupaten. Di sini masyarakatnya lebih beragam, udaranya sejuk, dan pemerintah daerah sangat mendukung,” ujarnya.

PWNU Jawa Tengah berencana memutar lokasi peringatan Hari Santri setiap tahun di berbagai kabupaten/kota, agar nilai perjuangan santri semakin merata dan dirasakan seluruh kalangan.

 

 

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut