Presto Ikan Belo Jadi Favorit MBG, UMKM Teluk Awur Kebanjiran Order 3.500 Pcs Tiap Hari
JEPARA, iNewsJoglosemar.id – Ikan belo, hasil tangkapan khas nelayan Teluk Awur, Jepara, kini berubah menjadi menu favorit dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah-sekolah. Dulu tidak diminati karena memiliki banyak duri, kini ikan belo justru diburu karena setelah dipresto durinya menjadi lunak dan aman dikonsumsi.
Ledakan permintaan itu dirasakan Dwi Lestari, pelaku UMKM asal Teluk Awur, yang setiap hari harus memproduksi hingga 3.500 potong ikan belo presto untuk memenuhi suplai SPPG dalam program MBG. Jumlah itu naik drastis sejak menu lokal Jepara itu mulai dipilih sebagai sumber protein bagi siswa.
“Anak-anak suka karena durinya empuk. Dulu banyak yang tidak mau makan belo, tapi sekarang jadi favorit,” ujar Dwi, dalam Festival Panen Raya Berdikari 2025 yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Konsorsium Perguruan Tinggi Vokasi Jawa Tengah.
Pameran tersebut berlangsung di Gedung Wisma Perdamaian, Semarang, Kamis (6/10/2025) dan menjadi salah satu daya tarik utama bagi pengunjung. Termasuk Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamen Diktisaintek) Prof. Dr. Fauzan, M.Pd., yang turut melihat langsung inovasi tersebut.

Seluruh ikan yang ia olah berasal dari nelayan setempat. Kenaikan pesanan membuat pendapatan para nelayan Teluk Awur ikut bergerak naik karena suplai ikan yang terserap setiap hari semakin besar.
Untuk mengejar kapasitas produksi, Dwi memakai alat inovatif Smart Presto buatan tim dosen Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin) Semarang. Alat ini dirancang untuk produksi cepat, hemat energi, dan aman digunakan oleh pelaku usaha kecil.
Dalam sekali proses, Smart Presto mampu mengolah 30 kilogram ikan dengan waktu pemasakan yang jauh lebih singkat. Jika biasanya proses presto membutuhkan dua jam, alat ini memangkasnya menjadi sekitar 50 menit saja.
Konsumsi bahan bakarnya juga efisien. Setiap kali memasak hanya membutuhkan 1,5 kilogram gas LPG, sehingga satu tabung melon 3 kilogram bisa untuk dua kali proses atau setara dengan 60 kilogram presto.
Berkat alat itu, produksi Dwi semakin stabil dan mampu memenuhi permintaan tinggi dari program MBG. “Alhamdulillah banyak terbantu. Pesanan jalan, nelayan ikut terbantu, dan anak-anak bisa menikmati ikan lokal yang bergizi,” ujarnya.
Editor : Enih Nurhaeni