JAKARTA - Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar pernah bertugas operasi militer anti gerilya dari pasukan rakyat Serawak (PGR/Paraku) di Kalimantan Barat, 1969-1970. Dia satu-satunya tentara yang menemukan Death Letter Box.
Death Letter Box adalah sistem komunikasi para gerilya musuh yang menggunakan kurir. Nantinya kurir meletakkan surat di dalam tanah untuk diambil oleh kurir lainnya.
BACA JUGA:
Tips Tak Lemas saat Puasa, Ahli Gizi UGM: Hindari Makanan Banyak Garam
Cerita ini diungkapkan mantan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono kala mengenang seniornya, almarhum Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Arismunandar. PGRS/Paraku merupakan sayap bersenjata di bawah naungan North Kalimantan Communist Party (NKCP). NKCP dibentuk pada 19 September 1971 di bawah pimpinan Wen Min Chyuan dari sebuah organisasi bernama Organisasi Komunis Sarawak.
Wismoyo, kata Hendro, dengan pasukannya bergerak ratusan kilometer jalan kaki di tengah hutan rimba, yang pada waktu itu bahkan ketika siang hari kita tidak bisa melihat matahari karena tertutup oleh pohon yang besar.
BACA JUGA:
Ganjar Pranowo: Minyak Goreng Curah Rp14.000 Itu Hoaks Ya Bu?
“Pak Wismoyo jalan kaki dalam keadaan puasa. Karena itu aneh dia bisa menemukan satu tempat yang digali kemudian ditemukan surat. Karena itu bisa terbongkar komunikasi antarsatuan PGRS-Paraku. Itu komunikasi pasukan klandestin, awalnya dari penemuan Kapten Wismoyo Arismunandar,” ujarnya dikutip akun Instagramnya, Rabu (6/4/2022).
Hendro mengatakan, saat Wismoyo sudah kembali ke Jakarta, gilirian dirinya berangkat dalam operasi di Kalbar tersebut bersama Sintong Panjaitan, teman satu angkatan Wismoyo di Akademi Militer 1963.
“Saya menjadi Kepala Seksi Intelijen, saya tinggal melanjutkan membuka Death Letter Box yang lain, tapi awal dari pembongkaran adalah penemuan Pak Wismoyo,” ujar Hendro.
BACA JUGA:
Cantik Banget Celine Evangelista Pakai Hijab di Ultah ke-30, Pindah Agama?
Wismoyo merupakan ipar Presiden Soeharto, dia menikah dengan Sri Hardjanti. Kariernya melesat setelah menjabat Danjen Kopassandha 1983-1985 (kini Danjen Kopassus). Namanya juga sempat mencuat sebagai kandidat Panglima ABRI tetapi Soeharto lebih memilih Feisal Tanjung dan menugaskan Wismoyo sebagai Ketua KONI.
Wismoyo penggerak kekompakan seluruh kepala staf saat itu termasuk Kapolri dalam setiap kebijakan. Bahkan di eranya setiap kepala staf memiliki agenda bergantian mengunjungi kesatuan angkatan lain.
BACA JUGA:
Terang-terangan ke Ganjar, Pedagang Jual Minyak Goreng Curah Rp22.000/Liter
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Kisah Jenderal Kopassus Jalan Kaki Ratusan Kilometer dalam Kondisi Puasa di Medan Operasi ", Klik untuk baca: https://www.inews.id/news/nasional/kisah-jenderal-kopassus-jalan-kaki-ratusan-kilometer-dalam-kondisi-puasa-di-medan-operasi/3.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto