Pria asal Ngawen Blora ini lantas memutuskan berhenti dari aktivitas ojek online. Dia berembuk dengan istri untuk memulai usaha kuliner. Menurutnya, kuliner adalah salah satu usaha yang masih bisa bertahan meski dihantam badai pandemi.
“Kenapa kuliner bisa bertahan? Karena kita semua butuh makanan. Meski kondisi sakit, ada penyekatan-penyekatan kita tetap butuh makan. Tentu ini juga perlu inovasi karena kondisi di tengah masyarakat telah berubah,” terangnya.
Kuliner ketoprak menjadi pilihan, karena belum banyak ditemukan di Semarang. Tinggal bertahun-tahun di Jakarta, menjadi pengalaman yang cukup untuk mengenal makanan bernama ketoprak. Bahkan, dia hafal cara penyajian agar terlihat cantik dan menggugah selera.
“Bumbunya apa saja, bentuknya bagaimana, termasuk rasa saya sudah hafal. Karena ketika di proyek, ketoprak ini menjadi makanan favorit. Selain harganya terjangkau juga enak. Nah, makanan ini kan mirip dengan tahu gimbal yang ada di Semarang,” lugasnya.
“Kemudian saya bersama istri eksperimen membuat bumbu sambal kacang. Ternyata enak. Kita racik bersama potongan ketupat, bihun, tahu goreng, taoge, malah makin mantap rasanya. Oh iya, ciri khas saya adalah telur gorengnya setengah matang, ini yang enggak ditemukan di tempat lain,” tandasnya.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto
Artikel Terkait