Resep Lama, Sentuhan Baru
Bersamaan dengan keputusannya untuk berwirausaha, Tante Yuta mulai mencari cara untuk memberikan ciri khas pada produknya. Ia mengganti bahan baku terigu dengan tepung mocaf, yang lebih sehat dan ramah bagi penderita diabetes serta anak-anak dengan autisme.
“Inovasi tepung mocaf ini mendapat apresiasi saat mengikuti Lomba Ketahanan Pangan Kota Semarang pada 2018. Kue semprong saya menang juara satu, dan itu membuat saya semakin percaya diri,” kata Yuta.
Tidak hanya dari segi bahan baku, inovasi lain yang diperkenalkan adalah bentuk kue semprong yang dibuat pipih. Hal ini memberikan daya tarik tersendiri sekaligus memudahkan proses pengemasan.
Kue semprong gepeng buatan Tante Yuta hadir dalam lima varian rasa: original, bumbu steik, teh ginger, cheese, dan coconut. Dari kelima varian tersebut, rasa original tetap menjadi favorit banyak pelanggan.
“Kalau yang paling best seller tetap rasa original. Tapi anak-anak biasanya suka yang cheese. Bentuk pipih ini juga membuatnya lebih praktis dikemas dan dinikmati,” jelas Yuta.
Merambah Pasar Internasional
Melalui pembinaan dari Rumah BUMN BRI, Tante Yuta mendapatkan berbagai pelatihan dan akses pasar yang lebih luas. Berkat kegigihan dan inovasinya, kue semprong gepeng buatannya kini telah dikirim ke berbagai negara.
“Kami pernah kirim lebih dari 1.000 pcs ke Kanada. Ke Jepang juga sudah masuk tahap sampel, dan beberapa kali kirim ke Singapura. Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu kami,” ungkapnya.
Tante Yuta meyakini bahwa inovasi dan semangat pantang menyerah menjadi kunci kesuksesan bisnisnya. Baginya, kue semprong gepeng tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari tradisi yang ia lestarikan.
“Kue semprong ini bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang cerita di baliknya. Kami ingin menunjukkan bahwa tradisi bisa dihidupkan kembali dengan cara yang baru,” katanya.
Dengan bentuk pipih yang khas dan rasa autentik, kue semprong gepeng Tante Yuta kini tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi juga menjadi kebanggaan di pasar internasional.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk membantu UMKM berkembang melalui pelatihan, digitalisasi, hingga ekspor.
“Kami mendukung UMKM untuk go modern, go digital, hingga go global. Inovasi seperti kue semprong gepeng Tante Yuta adalah bukti nyata bahwa produk tradisional bisa bersaing di pasar global,” kata perempuan yang akrab disapa Tia tersebut.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait