Mantra Mordan: Cara Pembatik Mengurai Warna Alam, Menjaga Masa Depan

Taufik Budi
Mantra Mordan: Cara Pembatik Mengurai Warna Alam, Menjaga Masa Depan (Taufik Budi)

Eksperimen Warna

Eksperimen pewarnaan ini membuat Siti semakin yakin bahwa membatik adalah bentuk keselarasan dengan alam. Ia pun berusaha menerapkan konsep zero waste dalam setiap prosesnya. Dengan cara ini, ia dapat melestarikan lingkungan sekaligus mempertahankan tradisi membatik.

"Saya tidak menggunakan bahan kimia. Limbah pewarna alami bisa dimanfaatkan kembali sebagai pupuk," katanya.

Pada tahun 2020, Siti Roslina bergabung dengan Rumah BUMN Semarang milik BRI. Keanggotaan ini memberikan banyak keuntungan baginya. Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika ia diundang untuk mengikuti pameran di Queen City Mall Semarang dalam rangka peringatan Hari Bhayangkara 2024.

Proses seleksi pameran tersebut cukup ketat, namun karyanya berhasil lolos kurasi. Pameran yang awalnya hanya dijadwalkan berlangsung selama dua hari akhirnya diperpanjang menjadi empat hari karena tingginya minat pengunjung.

"Saya merasa sangat bersyukur, stan diberikan secara gratis, mendapat uang saku, dan dagangan saya laris manis," ujarnya. Tidak hanya itu, pameran tersebut juga membuka pasar yang lebih luas bagi batiknya. Banyak pejabat yang datang dan tertarik menjadi pelanggan tetap hingga saat ini.

Siti Roslina juga berbagi pengalamannya dalam mengajarkan batik kepada ibu-ibu di sekitar rumahnya. Ia melibatkan anak-anaknya serta beberapa perempuan di sekitarnya untuk ikut serta dalam proses membatik.

"Di kelompok kami ada sekitar 9 hingga 10 orang yang bekerja. Mereka ikut membantu membuat batik mulai dari mengeblat ke kain dari gambar desain, hingga pewarnaan. Bahan, kompor, malam, dan canting semua dari saya. Anak-anak laki-laki saya pun ikut membantu," beber dia.

Menurutnya, membatik tidak hanya soal menghasilkan kain yang indah, tetapi juga tentang melestarikan budaya dan menjaga keseimbangan alam. Ia selalu berusaha menyampaikan nilai-nilai ini kepada siapa pun yang ingin belajar darinya.

"Saya selalu mengajak bicara kain dan pewarna alami yang saya gunakan. Saya percaya mereka juga memiliki energi dan bisa merespons perlakuan kita," ungkapnya.

Proses penciptaan batik dengan pewarna alami memang lebih lama dibandingkan dengan pewarna sintetis. Namun, bagi Siti Roslina, keindahan yang dihasilkan jauh lebih berharga. "Setiap lembar batik memiliki cerita. Warna-warna yang dihasilkan adalah hadiah dari alam," katanya.

Kini, ia terus mengembangkan teknik pewarnaan alami dan bereksperimen dengan berbagai bahan baru. Baginya, membatik adalah perjalanan yang tidak pernah berhenti. "Saya merasa semakin menyatu dengan alam. Semakin lama saya menjalani ini, semakin banyak keajaiban yang saya temukan," kata dia lagi.

Batik yang ia hasilkan pun semakin dikenal luas. Beberapa karyanya telah dipamerkan dalam berbagai acara nasional. "Saya berharap suatu hari nanti, batik dengan pewarna alami bisa menjadi pilihan utama masyarakat. Selain ramah lingkungan, batik ini juga mengandung filosofi mendalam tentang kesabaran dan keselarasan dengan alam," ucapnya.

Editor : Enih Nurhaeni

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network