SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Kota Semarang sedang mencari pahlawan. Bukan yang bersenjata, tapi yang bisa mengubah 1.200 ton sampah setiap hari menjadi... emas.
Ya, bukan metafora. Lewat program MengEmaskan Sampah Indonesia, PT Pegadaian Kantor Wilayah XI Semarang mendorong warga untuk memilah sampah, menjualnya ke bank sampah binaan, dan menabung hasilnya dalam bentuk emas.
“Sekarang ini, orang buang sampah sama dengan membuang emas,” kata Edy Purwanto, Pimpinan Kanwil XI Semarang PT Pegadaian.
Program ini bukan wacana kosong. Pegadaian baru saja menggelar Konsolidasi Bank Sampah binaan dari enam area—Semarang, Pati, Surakarta, Yogyakarta, Tegal, hingga Purwokerto—yang berkumpul di Aula Kanwil XI, 23-24 Juli 2025.
Melalui forum Forsepsi (Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia), Pegadaian mengajak warga biasa untuk menjadi luar biasa: menyelamatkan lingkungan dari rumah sendiri, dengan memulai dari satu langkah sederhana—memilah sampah.
“Permasalahan sampah itu banyak sekali. Maka Pegadaian mengemasnya jadi Memilah Sampah Menabung Emas (MSME),” jelas Edy.
Konsepnya sederhana: pilah sampah organik dan anorganik, setor ke bank sampah binaan Pegadaian, dapat uang, lalu dikonversi menjadi tabungan emas. Ini bukan cuma solusi lingkungan, tapi juga pemberdayaan ekonomi.
Dalam forum konsolidasi, berbagai ide disampaikan: mulai dari mengubah sampah plastik jadi BBM, maggot dari limbah dapur, hingga mendaur ulang untuk kerajinan tangan. Edy menyebut, semua sampah punya nilai—kalau dikelola.
“Sampah itu kalau dipilah bisa bernilai ekonomi. Dijual bisa dapat cuan, ditabung jadi emas,” ujarnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, Arwita Mawardi, mengaku jumlah sampah harian yang mencapai 1.200 ton sangat membebani TPA. Saat ini, hanya 900 ton yang bisa masuk ke Tempat Pembuangan Akhir.
“Kalau tidak ada upaya pengurangan dari hulu, TPA bisa overload dalam waktu lima tahun,” tegas Arwita.
Ia menyambut baik keterlibatan PT Pegadaian sebagai mitra swasta dalam pengelolaan sampah tingkat hulu. Kolaborasi seperti ini, kata Arwita, sangat krusial menuju target zero waste.
Wali Kota Semarang saat ini sedang mengejar proyek besar: Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) yang ditargetkan beroperasi pada 2028. Tapi itu urusan skala besar. Di sisi lain, gerakan kecil dari masyarakat juga tak kalah penting.
“Pengelolaan sampah tidak bisa hanya pemerintah. Perlu partisipasi semua pihak, termasuk swasta dan masyarakat,” kata Arwita.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait