Menurutnya, film ini juga menyinggung cara masyarakat dan media memperlakukan orang yang sedang berduka.
"Bagaimana media menanggapi seseorang yang sedang berduka, atau yang selamat, kadang jadi semacam tontonan. Itu salah satu kritik sosial yang kami angkat,” jelasnya.
Selain itu, Mouly menambahkan ada lapisan lain yang bisa ditelaah, seperti bagaimana perusahaan besar menangani kompensasi korban dan dinamika sosial di balik santunan uang duka.
Aktor Revaldo, yang memerankan Adam, menggambarkan sisi hukum dan tanggung jawab moral dalam tragedi tersebut.
"Kalau kompensasi itu cuma tinggal tanda tangan aja. Tapi kalau korporasi terbukti bersalah lewat investigasi, biasanya ada yang bertanggung jawab, walau bukan CEO-nya,” ujarnya.
Revaldo menilai film ini memberi ruang refleksi tentang keadilan bagi korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Film ini berhasil menggabungkan drama psikologis dan kritik sosial dengan sentuhan sinematografi khas sutradara Mouly. Narasinya mengalir lembut namun penuh ketegangan emosional. Musik latar yang melankolis memperkuat nuansa kehilangan, sementara akting para pemain — terutama Nicholas Saputra dan Marsha Timothy — tampil prima, autentik, dan menembus batas antara peran dan kenyataan.
Sebagai film yang berbicara tentang duka, Tukar Takdir tidak sekadar menyedihkan, tapi juga mengajak penonton memahami makna penerimaan dan berdamai dengan takdir.
Di akhir pemutaran, Nicholas sempat menggoda penonton dengan celetukan ringan,
“Kalau mau tahu kelanjutannya, minta Mbak Mouly bikin sekuelnya,” ujarnya sambil tersenyum.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait
