JAKARTA - Hoegeng Iman Santoso merupakan sosok jenderal polisi yang dikenal jujur, berintegritas, dan sederhana. Nilai-nilai itu tetap dipegang teguh saat dirinya menjabat sebagai Kapolri.
Hoegeng pun menjunjung kebanggaan dan kehormatan bisa menjaga integritasnya sebagai polisi yang sederhana serta jujur. Kisah kesederhanaan Hoegeng itu pernah terungkap saat seorang maling menyatroni rumah Hoegeng di Jalan Madura, Menteng, Jakarta Pusat.
BACA JUGA:
1.000 Mahasiswa Besok Kepung Istana Negara, Ini Pesan Mabes Polri
Maling tersebut masuk dengan meloncat dari tembok belakang rumah Hoegeng yang saat itu menjabat Kapolri. Hoegeng dikira punya banyak harta, namun ternyata tidak ada sama sekali.
"Pencuri hanya berhasil membawa baju seragam Kapolri Papi yang baru dijemur. Waktu itu, (di) baju seragam Papi masih menempel tanda-tanda kepangkatannya, yang baru selesai dibraso oleh Pak Pardi, staf ajudan Papi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit dikutip dari buku 'Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan' karya Suhartono.
BACA JUGA:
Aksi 11 April, Mahfud MD ke Aparat: Tidak Boleh Ada Kekerasan, Tidak Bawa Peluru Tajam
Bukannya marah saat dilaporkan adanya pencurian itu, Hoegeng justru tertawa terpingkal-pingkal. "Mungkin dikiranya baju itu penuh emas ya, padahal itu cuma logam yang tiap hari digosok," tutur Hoegeng.
Didit mengungkapkan kehidupan ekonomi keluarga hanya ditopang dari gaji ayahnya sebulan dan tunjangannya sebagai menteri atau Kapolri.
"Meskipun Papi pernah menjadi menteri dan Kapolri, kami hidup dalam ekonomi pas-pasan. Bahkan, adakalanya kekurangan. Kami hanya punya rumah, itu pun masih disewa dengan membayar uang bulanan," ujar Didit.
BACA JUGA:
Ungkap Fakta! Video Klitih di Klaten Kasus Lama, Admin IG Minta Maaf
Sejak berhenti sebagai Kapolri hingga 2001, uang pensiunan Hoegeng hanya Rp10.000 per bulan.
"Namun Papi hanya menerima Rp7.500 setiap bulannya karena dipotong ini-itu. Baru pada tahun 2001, ada perubahan surat keputusan pensiun sehingga pensiun Papi naik menjadi Rp1.170.000 per bulan. Akan tetapi, setelah Papi meninggal pada tahun 2004, Mami hanya menerima separuhnya karena Mami pensiunan janda Kapolri," ucap Didit.
Ketika menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet pada 1966, Hoegeng pernah punya seorang sekretaris yang sangat loyal dan mengabdi. Namanya Soedharto Martopoespito atau akrab disapa Dharto.
BACA JUGA:
#STM Bergerak, Siswa STM Dilarang Ikut Demo 11 April
Artikel ini telah tayang di www.inews.id dengan judul " Kisah Jenderal Hoegeng Tertawa Terpingkal-pingkal saat Rumahnya Dimasuki Maling ", Klik untuk baca: https://www.inews.id/news/nasional/kisah-jenderal-hoegeng-tertawa-terpingkal-pingkal-saat-rumahnya-dimasuki-maling/2.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto