get app
inews
Aa Read Next : Sambut Arus Mudik, Pertamina Patra Niaga Uji Tera SPBU di Jawa Tengah

Jargas, Asa dari Dapur Warung Kopi Mbah Karti

Kamis, 10 November 2022 | 23:42 WIB
header img
Jargas, Asa dari Dapur Warung Kopi Mbah Karti (Foto: MPI/Taufik Budi)

BLORA – Dapur warung kopi milik Mbah Karti terlihat sangat sederhana. Masih berlantai tanah dengan dinding papan kayu yang di beberapa sudut sudah bolong-bolong, sehingga cahaya matahari masuk bak sinar laser.

Perempuan paruh baya bernama lengkap Sukarti (56) itu ditemani suaminya, Supar (60), setiap hari meracik kopi bagi pelanggan. Di Desa Sumber Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora Jawa Tengah, warung kopi itu cukup dikenal. Lokasinya persis di tepi jalan utama Peting-Mendenrejo-Randublatung.

Warung kopi dan dapur berbeda bangunan. Untuk warung menggunakan sebagian bangunan rumah utama, sementara dapur berada tepat di samping rumah. Kedua bangunan itu sama-sama berlantai tanah.

Mbah Karti dan suaminya harus bolak-balik ke dapur menuju warung untuk melayani konsumen yang memesan kopi panas. Kopi hitam dengan sedikit gula, yang diracik secara sederhana cukup membuat pelanggan ketagihan. Sebab, mereka akan datang kembali untuk pesan kopi di lain hari.

“Kalau sekarang ini kan ada yang sedang bangun jalan. Jalan sini sedang dicor beton, makanya banyak pekerja juga yang ke sini. Apalagi sekarang kan musim hujan jadi kopi bisa untuk anget-anget tubuh. Ada gorengan juga biar lengkap,” kata Mbah Karti, Senin (7/11/2022).

Ibu dua anak itu membagikan resep minuman kopinya yang banyak diminati pengunjung. Dia tak langsung menyeduh kopi dengan air panas yang baru mendidih. Melainkan, air mendidih dibiarkan beberapa saat hingga benar-benar panas.

“Kalau istilah Jawa itu dinamakan tuwa (benar-benar matang). Jadi airnya sangat panas untuk menyeduh kopi. Kalau gula sebenarnya tergantung yang pesan, kalau mau manis ya dibanyakin gula. Tapi biasanya tidak terlalu manis, agar rasa pahit kopi ini juga terasa,” bebernya.

“Harganya Rp3 ribu per gelas. Kata orang-orang cukup murah harganya,” imbuh dia seraya tertawa.

Meski kerap memasak air, namun dia mengaku tak terlalu khawatir boros bahan bakar. Sejak enam tahun terakhir, dapurnya telah tersambung dengan jaringan gas (jargas) yang dinilai lebih irit daripada penggunaan kayu bakar atau gas elpiji.

“Memang untuk jargas ini hanya saya pakai untuk masak nasi dan bikin kopi. Ini lebih irit, terus juga enggak bulek (mata pedih akibat asap kayu bakar). Saya sudah enggak pakai gas elpiji tiga kilogram,” tutur dia.

“Pakai jargas ini juga lancar, tidak pernah mati. Jadi sampai malam pun bisa masak atau bikin kopi, tak perlu khawatir kehabisan gas. Untuk pemakaian per bulan itu habis sekira Rp50 ribu sampai Rp60 ribu. Lumayan irit,” lanjutnya.

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Berita iNews Joglosemar di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut