SEMARANG, iNewsJoglsoemar.id – Udara dingin mulai menusuk tulang di kawasan puncak wisata Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Kabut yang semula tipis kian menebal, seolah membekap lampu-lampu jalan hingga cahayanya tak mampu berpendar terang.
Namun, bangunan berukuran 3x3 meter persegi bertuliskan Satkamling RT 02 RW 02 Dusun Jetak Desa Duren Kecamatan Bandungan masih ramai suara orang berbincang. Sesekali gelak tawa beradu keras suara tayangan layar televisi di sudut ruangan.
Pintu bangunan beratap joglo itu dibiarkan terbuka. Tiupan angin yang membawa hawa dingin tidak terlalu dihiraukan. Warga sudah cukup terbiasa dengan angin pegunungan. Hanya kain sarung melilit leher dan belangkon penutup untuk melawan angin dingin.
“Kita setiap hari ada piket jaga ronda. Setiap malam ada sekira 4-6 orang yang berjaga, kita bergantian. Tidak hanya di Satkamling, namun juga berkeliling ke rumah-rumah warga untuk mengambil jimpitan,” kata Ketua RT 2/2 Dusun Jetak, Budi Saryoko, Kamis (15/6/2023).
“Demi menjaga keamanan kampung. Tradisi ini sudah berlangsung puluhan tahun, karena kawasan Bandungan kan terdapat tempat-tempat hiburan malam. Tapi alhamdulillah selama ini relatif aman, bahkan selama dua tahun saya menjadi Ketua RT, tidak pernah ada kejadian kriminal,” imbuhnya.
Dia menegaskan, Pos Satkamling itu sangat bermanfaat bagi warga bukan hanya untuk menjaga keamanan tetapi juga ajang silaturahmi. Di tempat itu pula, warga sering mendapatkan edukasi tentang cara menjaga keamanan lingkungan hingga deteksi awal tindak kejahatan.
“Jadi di sini, rutin ada sambangan dari Pak Bhabinkamtibmas dan Babinsa, Pak Polisi dan Pak TNI. Biasanya mereka malam-malam ke sini, mungkin habis patroli dari tempat lain. Lalu ngobrol lama bisa satu atau dua jam,” ujarnya.
“Malah sekarang ini ada juga Polisi RW, jadi kalau sambangan itu dua polisi dan satu TNI. Beliau-beliau ini sering berbagi ilmu kepada kami, misalnya penggunaan APAR (alat pemadam api ringan), lalu bila ada tindak kejahatan kita harus bagaimana, termasuk biar tidak main hakim sendiri,” ungkap dia.
Kearifan Lokal
Menurutnya, Pos Satkamling yang mulai berdiri sejak 1995 itu telah memiliki sejumlah fasilitas keamanan. Warga menggabungkan kearifan lokal dan perkembangan teknologi informasi.
“Alat komunikasi kita mulai dari HT (handy talky), telepon, hingga kentongan. Bahkan kentongan ada dua jenis dari kayu dan besi. Ini ada sejak tahun 1960-an, warisan leluhur yang terus kita lestarikan,” bebernya.
“Kita juga ada pentungan untuk patroli dan borgol sebagai antisipasi jika terjadi kejahatan. Untuk teknologi yang kita pakai mulai CCTV itu dipasang tiga titik CCTV, sehingga kita bisa pantau seluruh kawasan RT. Selain dipantau melalui monitor di Pos Satkamling juga bisa diakses melalui ponsel warga,” terang dia bersemangat.
Pos Satkamling itu juga dilengkapi Wifi sebagai akses internet gratis bagi seluruh warga. Fasilitas tersebut sangat bermanfaat pada awal masa pandemi Covid-19 karena anak-anak bisa menggunakannya untuk belajar secara online.
“Wifi ini usul dari para pemuda, dan itu sangat bermanfaat. Sekarang ini warga yang belum memiliki sarana Wifi di rumah, bisa datang ke Pos Satkamling untuk akses internet secara gratis,” katanya bangga.
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto