Peralihan CC ke EC
Lazuardi menambahkan, hasil penelitian menunjukkan elastisitas silang yang kuat antara CC dan EC, di mana kenaikan harga CC mendorong perokok untuk beralih ke merek malin, maupun ke EC. Namun, kenaikan harga EC juga meningkatkan kemungkinan perokok untuk mencari produk lain dengan harga lebih terjangkau.
"Ini memberikan gambaran bahwa kebijakan harga yang kompetitif pada EC dapat menjadi strategi efektif untuk mengurangi prevalensi merokok di Indonesia," tambahnya.
Lebih lanjut, Lazuardi menjelaskan bahwa penelitian ini bermula dari observasi atas kebijakan pengendalian tembakau yang belum sepenuhnya berhasil dalam menekan jumlah perokok aktif.
"Walaupun grafik perokok pemula sudah mulai menurun, perokok dewasa justru tetap tinggi, terutama selama pandemi COVID-19," ungkapnya.
Ia menyoroti beberapa praktik negara lain seperti Selandia Baru, Turki, dan Jepang yang menerapkan strategi harm reduction atau pengurangan bahaya bagi perokok aktif yang sulit berhenti merokok.
"Di luar negeri, yang dikejar oleh perokok adalah nikotin, yang menyebabkan kecanduan. Namun, sisi berbahaya dari rokok adalah proses pembakarannya yang menghasilkan racun di antaranya adalah Tar," tambah Lazuardi.
Ia menegaskan bahwa nikotin sendiri tidak menyebabkan kanker, tetapi lebih pada sifat adiktif atau kecanduan. Sementara dalam studi klinik disebutkan Tar menjadi penyumbang dalam terjadinya kanker.
"Penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa mengalihkan perokok aktif dari produk tembakau yang dibakar ke produk alternatif yang mengandung nikotin dalam kadar rendah, seperti vape atau rokok yang dipanaskan tanpa pembakaran, dapat membantu mereka mengurangi ketergantungan nikotin."
Editor : M Taufik Budi Nurcahyanto