get app
inews
Aa Text
Read Next : Iwan Bule Tinjau Terminal LPG dan Avtur di Semarang, Pastikan Pasokan Energi Aman

Kisah 1.258 Tentara Belanda Tidak Mampu Menangkap Pangeran Diponegoro

Selasa, 29 Juli 2025 | 13:07 WIB
header img
Belanda Kecele! Pangeran Diponegoro Lolos dari Kepungan Militer 1.258 Prajurit. Foto: Ist

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Upaya besar-besaran pasukan Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro pada Oktober 1825 kembali menemui kegagalan. Meski melibatkan 1.258 prajurit dan tiga koloni militer, operasi pengepungan tersebut tak mampu menjinakkan tokoh utama Perang Jawa.

Mengutip catatan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia, pengejaran ini bermula dari laporan intelijen lokal yang menyebutkan keberadaan Diponegoro di tepi barat Sungai Bedog. Mendapat informasi ini, Jenderal de Kock langsung memimpin operasi dari Bantul.

Pasukan pun dibagi menjadi tiga koloni: Koloni pertama dipimpin Mayor Sollewijn, koloni kedua dikomandoi Kapten van de Polder, dan koloni ketiga dipimpin langsung oleh de Kock.

Mayor Sollewijn yang menuju Desa Jeblok segera diadang pasukan Diponegoro. Pertempuran sengit tak terhindarkan. Di sisi lain, koloni kedua dan ketiga menyerbu Desa Kasihan, lokasi konsentrasi pasukan Diponegoro. Pertempuran hebat pecah di sana.

Meski dihujani tembakan meriam, pasukan Diponegoro tetap bertempur dengan gagah berani. Sekitar 40 pasukan Mandung gugur, namun Diponegoro kembali lolos dari kepungan dan mundur ke Desa Gegulu di tepi Sungai Progo.

Mayor Sollewijn tiba di Gegulu, tetapi hanya mendapati desa yang telah dibakar dan kosong. Belanda kembali gagal menangkap sang Pangeran.

Saat bergerak menuju Desa Kaliwatang, pasukan Belanda kembali disergap. Dalam bentrokan itu, sekitar 40 pejuang Diponegoro gugur. Meski demikian, pasukan kolonial tak berhasil mencapai target utama mereka.

Jenderal de Kock mengklaim telah menghancurkan sejumlah pangkalan perlawanan di wilayah Yogyakarta. Namun faktanya, Diponegoro tetap lolos dan terus memimpin perlawanan dari titik-titik strategis.

"Meski gagal menangkap sang Pangeran, beberapa basis kekuatan mereka telah kami lumpuhkan," klaim de Kock usai operasi.

Setelah de Kock dipanggil kembali ke Batavia, kendali operasi diserahkan kepada Jenderal Mayor van Geen. Strategi militer tetap sama: menyisir wilayah Ngrajeg dan Jumeneng dengan tiga koloni pasukan.

Namun hasilnya tetap nihil. Pasukan Belanda kembali gagal menemukan Diponegoro, yang telah lebih dulu bergerak bersama pasukan Mandung di bawah komando Tumenggung Mertoloyo.

Episode ini menjadi bukti ketangguhan strategi gerilya Pangeran Diponegoro dalam menghadapi kekuatan kolonial. Meskipun Belanda mengerahkan sumber daya besar, tokoh kharismatik ini tetap menjadi mimpi buruk bagi pasukan penjajah.

Perlawanan Diponegoro bukan hanya soal perang fisik, tapi juga simbol perlawanan rakyat terhadap penindasan kolonial. Hingga kini, kisah keberaniannya tetap menjadi inspirasi perjuangan bangsa Indonesia.

 

 

 

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut