get app
inews
Aa Text
Read Next : Pasar Otomotif Nasional Lesu, Skill Mekanik Jadi Andalan

Meneladani Pangeran Diponegoro, Begini Perlakuannya terhadap Tawanan Musuh

Kamis, 14 Agustus 2025 | 17:54 WIB
header img
Meneladani Pangeran Diponegoro, Begini Perlakuannya terhadap Tawanan Musuh. Foto: Taufik Budi

 

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id – Kodam IV Diponegoro menggelar Sarasehan Sejarah bertajuk “Mengenang Kembali Perjuangan Pangeran Diponegoro” di Balai Diponegoro, Kamis (14/8/2025). Acara ini dihadiri akademisi, sejarawan, Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patra Padi), pemuka agama, mahasiswa, dan masyarakat umum.

Sarasehan bertujuan meneladani semangat kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam mengisi kemerdekaan dan membangun bangsa, sekaligus menjadi momentum refleksi menyambut Hari Kemerdekaan RI ke-80. Dalam sambutan Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Achiruddin, S.E., M.Han., yang dibacakan Kasdam, dikutip pesan Presiden RI pertama Ir. Soekarno: “Negara yang besar adalah negara yang tidak melupakan jasa para pahlawannya.”

Prof. Dr. Singgih Tri Sulistiyono, M.Hum., Guru Besar Sejarah Maritim sekaligus Wakil Direktur Pusat Studi Asia Fakultas Ilmu Budaya Undip, memaparkan materi Kepemimpinan Visioner Berbasis Moral-Religius Pangeran Diponegoro. Ia menegaskan bahwa perjuangan Diponegoro tidak didorong ambisi politik atau kekuasaan, melainkan keyakinan religius bahwa melawan ketidakadilan kolonial adalah bagian dari jihad fi sabilillah.

Menurut Singgih, Diponegoro merupakan keturunan ulama besar Sunan Ampel, menimba ilmu agama dari pesantren ke pesantren, dan berusaha hidup sebagaimana tuntunan Nabi Muhammad SAW. “Perjuangan melawan Belanda dilandasi ilham dari Allah SWT dan selalu dikonsultasikan dengan para ulama,” ujarnya.

Keteguhan iman itu membuat Diponegoro bersikap tawakal menghadapi kegagalan. Bahkan ketika sempat berniat membunuh Jenderal De Kock, ia mengurungkan niat demi keselamatan anak buah dan keturunannya, lalu pasrah pada takdir.


Sebagai pemimpin, Diponegoro dikenal berkarakter kuat dan tidak gegabah. Dalam Babad Diponegoro ia berpesan kepada pengikutnya agar tidak mendahului menyerang, bahkan terhadap lawan yang berpotensi menganiaya mereka.

Salah satu teladan yang menonjol adalah perlakuannya terhadap tawanan musuh. “Diponegoro memperlakukan tawanan dengan baik, mengampuni musuh yang menyerah, sehingga banyak yang kemudian berpihak kepadanya,” kata Singgih.

"Ia bukan panglima haus darah. Dalam pertempuran di Lengkong, Diponegoro menyaksikan banyak musuh gugur dan justru meminta maaf kepada kakeknya atas peristiwa itu," lanjutnya.

Sarasehan juga menghadirkan Prof. Dr. Wasino, M.Hum., Guru Besar Sejarah dari Unnes, yang menyoroti nilai-nilai perjuangan Diponegoro sebagai kompas moral bangsa. Dr. Widodo, S.S., M.Hum., bertindak sebagai moderator.

Sesi tanya jawab berlangsung hangat, dengan peserta antusias menyampaikan pandangan. Salah satu ide yang mengemuka adalah usulan pemindahan makam Pangeran Diponegoro ke tanah leluhur sebagai bentuk penghormatan, yang langsung disambut teriakan “setuju” dari sebagian besar peserta.

Salah satu alasan lainnya adalah karena posisi makam ada di lahan yang sempit dan perlu diperluas untuk menghormati sosok seorang pahlawan nasional. R. Rahadi Saptata Abra, Ketua Umum Patra Padi (Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro), sekaligus keturuna keenam Pangeran Diponegoro memberikan tanggapan bahwa pihak keluarga tidak keberatan apabila ide yang muncul saat sesi tanya jawab tersebut dapat terealisasi.

Editor : Enih Nurhaeni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut