Mengenang Surat Sultan HB IX ke Panglima Besar Sudirman yang Menampar Muka Belanda

Kodam IV Diponegoro, Warisan dari Bara Serangan Umum
Dalam narasi berikutnya, diceritakan bahwa semangat perlawanan yang lahir dari Serangan Umum 1 Maret 1949 inilah yang kemudian menjadi fondasi berdirinya Divisi II Diponegoro — yang pada 1950 ditetapkan sebagai Kodam IV/Diponegoro melalui Surat Keputusan KASAD No. 83/KASAD/PNTP/1950.
Sejarah itu kini dipentaskan kembali sebagai pengingat bahwa kekuatan bangsa tidak hanya terletak pada senjata, tetapi juga pada keberanian moral dan kecerdikan politik seorang raja seperti Sultan HB IX, yang memilih strategi “menampar” Belanda di hadapan dunia dengan diplomasi perang yang brilian.
Peringatan HUT kali ini, tak hanya dimeriahkan drama kolosal perjuangan Pangeran Diponegoro, tetapi juga demonstrasi Beladiri, tenaga dalam dan pencak silat militer, dan ditutup dengan demonstrasi pembebasan tawanan. Seluruh kegiatan berlangsung meriah dam berhasil memukau undangan yang hadir.
Dalam amanatnya seusai upacara, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Achiruddin, S.E., M.Han. menegaskan bahwa semangat Sultan HB IX dan Panglima Besar Sudirman adalah napas perjuangan yang tidak boleh padam.
“Tema HUT kali ini, Setia Berbakti untuk Negeri, mengandung makna kebulatan tekad untuk terus setia, berdedikasi, dan berkomitmen kuat membantu mengatasi kesulitan rakyat,” ujar Pangdam.
Ia menyebut perjalanan panjang pengabdian Kodam IV/Diponegoro tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Pangeran Diponegoro dan para pejuang kemerdekaan: keberanian, pantang menyerah, dan pengorbanan tanpa pamrih.
“Terima kasih saya sampaikan kepada pemerintah daerah dan masyarakat di seluruh Jawa Tengah dan DIY atas kerja sama yang harmonis. Dan secara khusus kepada seluruh prajurit serta PNS Kodam IV/Diponegoro atas kerja keras dan dedikasi yang luar biasa,” tutur Mayjen Achiruddin.
Editor : Enih Nurhaeni