Sejak diterima di UNY, Bayu menargetkan lulus dalam waktu maksimal 8 semester karena beasiswa KIPK yang diterimanya hanya meng-cover biaya kuliah hingga semester 8. Jika tidak lulus dalam periode tersebut, Bayu harus membayar UKT sendiri.
Putra dari pasangan Suparyanta, seorang petani, dan Sri Mulyani, seorang ibu rumah tangga ini mencari cara agar bisa mengerjakan skripsi dengan optimal pada semester 7. Menurut aturan akademik, di semester 7 mahasiswa harus melakukan KKN dan PKL.
"Saya berpikir dua kegiatan tersebut dapat menyita waktu skripsi. Akhirnya, saya memperoleh informasi bahwa KKN dan PKL dapat dikonversi dari kegiatan MBKM," jelasnya.
Bayu memilih magang MSIB di start-up dan mengonversi kegiatan magang merdeka ini menjadi PKL dan KKN, sehingga ia bisa fokus mengerjakan skripsi pada semester 7. Bayu menjalani sidang skripsi pada awal Februari dan yudisium pada bulan Maret.
Suparyanta dan Sri Mulyani selalu mendukung apapun pilihan Bayu asalkan ia dapat menjelaskan alasannya, termasuk saat memilih ilmu komunikasi atas kemauannya sendiri. Beberapa guru awalnya meragukan pilihan Bayu, mengira bahwa jurusan yang cocok untuk disabilitas adalah PLB. Namun, keraguan ini justru menjadi pemicu bagi Bayu untuk membuktikan bahwa ia bisa masuk ke jurusan di luar PLB.
Warga Sirat, Sidomulyo, Bambanglipuro ini mengangkat skripsi tentang apakah jingle pemilu 2024 yang dikeluarkan oleh KPU mampu mempengaruhi dan mendorong Gen-Z dalam menggunakan hak pilihnya. Selama kuliah, Bayu pernah menjadi juara lomba esai pada 2022 saat mengikuti lomba yang diadakan FOMUNY.
"Selain itu, saya juga mengikuti UKMF SCREEN periode 2022 dan UKM Magenta tahun 2022-2023," ujarnya.
Bayu berharap segera mendapatkan pekerjaan. Untuk sesama difabel, Bayu berpesan agar jangan pernah malu dengan kondisi disabilitas dan jangan menjadikan disabilitas sebagai alasan ketika melakukan kesalahan.
Editor : Enih Nurhaeni
Artikel Terkait