Gerbang Ekonomi Baru, Flyover Dwara Madukara Hadirkan Efisiensi Transportasi

Taufik Budi
Gerbang Ekonomi Baru, Flyover Dwara Madukara Hadirkan Efisiensi Transportasi (Taufik Budi)

SEMARANG, iNewsJoglosemar.id - Flyover Dwara Madukara resmi menjadi salah satu ikon baru Kota Semarang sejak diresmikan pada Rabu, 11 Desember 2024. Infrastruktur ini tidak hanya mempermudah arus lalu lintas tetapi juga memberikan pengalaman menarik bagi para pengguna jalan.

Sukiman (45), seorang sopir truk berat, mengaku sangat terbantu dengan adanya flyover ini."Dulu sering macet kalau mau ke pelabuhan, apalagi bawa muatan berat seperti semen dan baja. Sebelumnya kami harus antre panjang di perempatan yang padat, terutama di jam-jam sibuk,” kata Sukiman, Rabu (18/12/2024).

“Sekarang, dengan adanya flyover, arus lalu lintas jauh lebih lancar. Waktu tempuh juga berkurang drastis. Kalau dulu bisa makan waktu dua sampai tiga jam untuk mencapai pelabuhan, sekarang cukup 30 menit saja," ujarnya sambil tersenyum.

Sukiman juga menambahkan bahwa efisiensi ini sangat membantu para sopir truk yang sering membawa muatan berat dengan tenggat waktu pengiriman yang ketat. "Kami sering membawa barang seperti baja, semen, dan kadang alat-alat berat. Dengan waktu yang lebih singkat, risiko terlambat jadi lebih kecil, dan biaya operasional juga lebih hemat. Ini benar-benar perubahan besar bagi kami," katanya.

"Sebagai sopir, kami merasakan dampaknya langsung. Flyover ini membuat perjalanan lebih aman karena tidak perlu sering berhenti di lampu merah atau berhadapan dengan jalan berlubang. Kami juga tidak khawatir soal kerusakan kendaraan karena jalan di flyover ini sangat mulus," tambahnya.

Sukiman berharap proyek seperti ini bisa diperbanyak di wilayah lain. "Harapan kami, kota-kota lain juga bisa memiliki infrastruktur seperti ini. Bukan hanya memudahkan transportasi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan kami sebagai pekerja di sektor logistik," tuturnya berharap.

Bagi wisatawan, flyover ini memberikan kesan pertama yang mendalam. Ardi (32), warga Jakarta yang baru tiba di Bandara Ahmad Yani, terpesona dengan keindahan arsitektur flyover.

"Indah sekali. Ornamen dan pencahayaannya sangat artistik. Ini benar-benar menunjukkan wajah modern Semarang tanpa meninggalkan kearifan lokalnya," kata Ardi sambil mengabadikan momen dengan kameranya.

Senada, Ratna (28), wisatawan asal Surabaya, juga menyampaikan kekagumannya. "Saya tidak menyangka infrastruktur di Semarang bisa sebagus ini. Flyover ini seperti perpaduan seni dan teknologi. Sebagai seorang perempuan yang suka berfoto, tempat ini sangat Instagramable," ujarnya antusias.

Filosofi Dwara Madukara

Sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), flyover ini juga mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Borobudur-Yogyakarta-Prambanan. Dengan desain arsitektur yang memadukan modernitas dan budaya lokal, flyover ini diharapkan menjadi simbol kemajuan sekaligus kebanggaan bagi masyarakat Jawa Tengah.

“Flyover ini adalah wajah Kota Semarang yang paling depan. Semua orang yang masuk harus melihat keindahan ini. Mari kita jaga bersama sebagai simbol kerukunan dan kemajuan,” ujar ungkap Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Flyover Dwara Madukara tidak hanya menjadi infrastruktur modern, tetapi juga sarat dengan makna budaya yang mendalam. Salah satu elemen ikonik dari flyover ini adalah patung Warak Ngendhog, binatang mitologi yang memiliki tiga bagian tubuh yang merepresentasikan tiga etnis besar di Kota Semarang: Jawa, Tionghoa, dan Arab.

Kepala Warak Ngendhog yang menyerupai barongsai mencerminkan pengaruh budaya Tionghoa, sementara tubuhnya yang bersisik mirip bunga melambangkan etnis Arab. Kaki Warak yang menyerupai kaki kambing merupakan simbol etnis Jawa, menggambarkan harmoni antara keberagaman budaya yang ada di Semarang.

Warak Ngendhog yang menghadap ke Bandara Ahmad Yani seolah-olah menyambut setiap tamu yang baru datang dari bandara. Patung ikonik ini memberikan kesan pertama yang hangat dan ramah bagi setiap pengunjung yang memasuki Kota Semarang.

Dengan posisinya yang strategis, Warak Ngendhog menjadi simbol penyambutan yang kuat, mengingatkan bahwa Kota Semarang menyambut semua orang dengan tangan terbuka. Kehadirannya menambah nilai estetika sekaligus makna mendalam bagi setiap wisatawan yang melintasi flyover Dwara Madukara.

Tak hanya itu, flyover ini juga dihiasi dengan ornamen wayang Pandawa Lima yang melambangkan nilai kasih sayang dan persatuan. Relief patung Pandawa Lima yang terdiri dari Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa mengajarkan pentingnya mengasihi sesama tanpa memandang latar belakang, etnis, atau agama. Sementara awan yang mengelilingi relief ini semakin memperkuat pesan persatuan dan keharmonisan.

Ornamen lainnya yang menarik adalah bunga Kanthil atau Cempaka Putih, yang sering dikaitkan dengan hal magis dan digunakan dalam ritual adat serta tradisi Jawa Tengah. Bunga ini diharapkan menjadi penanda selamat datang bagi para pengunjung kota Semarang, memberikan kesan hangat dan spiritual.

Selain itu, tulisan besar "Dwara Madukara" yang terletak di flyover ini memiliki makna filosofis dalam bahasa Sanskerta. "Dwara" berarti gerbang, sedangkan "Madukara" berasal dari dua kata, yaitu Madu yang berarti manis atau indah, dan Kara yang berarti bersinar. Oleh karena itu, flyover ini diharapkan menjadi gerbang yang indah dan bersinar bagi Kota Semarang.

Relief Batu Candi yang menggambarkan Srikandi yang berguru memanah kepada Arjuna juga terdapat di flyover ini. Relief ini melambangkan kemauan, kekuatan, kerendahan hati, kecerdasan, serta komitmen pada kebenaran dan keadilan.

Flyover Dwara Madukara juga dihiasi dengan ornamen Burung Kepodang Emas (Oriolus chinensis), simbol keselarasan, kekompakan, dan budi pekerti yang indah. Burung ini menjadi representasi dari nilai kebersamaan dan keharmonisan yang diusung oleh Kota Semarang.

Tak ketinggalan, ornamen Wave dan Art Lighting yang menyerupai gelombang air dan harmoni alunan irama Gambang Semarang menjadi simbol kesatuan identitas Semarang. Ornamen ini menggabungkan unsur budaya lokal dengan desain arsitektur modern, menciptakan kesan estetika yang memesona.

Kemudahan Transportasi dan Ekonomi

Flyover Dwara Madukara dibangun dengan panjang 221,4 meter dan menelan biaya sebesar Rp180,9 miliar, didanai oleh Indonesia Tourism Development Project (ITDP). Proyek yang dimulai pada 2 Mei 2023 ini dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jateng-DIY.

Sebagai jalur utama bagi kendaraan bertonase berat, flyover ini memperlancar arus logistik dari wilayah Pantura menuju Pelabuhan Tanjung Emas. Flyover ini juga berfungsi untuk mengurai kemacetan di perempatan menuju Bandara Ahmad Yani Semarang.

Untuk itu, Flyover Madukoro sering disebut sebagai pintu gerbang Kota Semarang. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi distribusi barang dan mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah.

Proyek flyover Dwara Madukara merupakan salah satu bagian dari program pembangunan berkelanjutan yang telah dirintis sejak era Presiden Joko Widodo dan dilanjutkan oleh Presiden Prabowo Subianto. Flyover ini menjadi simbol keberlanjutan visi pembangunan infrastruktur nasional yang mengedepankan efisiensi dan keberlanjutan lingkungan.

Dalam sambutannya saat peresmian, Presiden Prabowo menyatakan pentingnya flyover Madukoro yang bisa membuka konektivitas dan memperlancar arus lalu lintas. Presiden juga menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur harus selalu mengutamakan kepentingan rakyat.

"Kita mengerti bahwa infrastruktur adalah penting untuk membuka konektivitas, memperlancar arus lalu lintas, dengan demikian memacu pembangunan ekonomi," kata Prabowo, di sela peresmian didampingi Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, dan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.

“Infrastruktur ini dibangun dengan uang rakyat. Saya ingatkan untuk kesekian kalinya bahwa setiap rupiah uang rakyat harus dipakai, digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat,” tegasnya.

Efisiensi Perjalanan

Pengamat transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, memberikan penilaian positif terhadap pembangunan flyover Dwara Angkara. Menurut Djoko, infrastruktur ini memiliki dampak besar terhadap kelancaran transportasi dan efisiensi waktu perjalanan.

Djoko, yang juga merupakan dosen Teknik Sipil di Universitas Katholik Soegijapranata Semarang, menyatakan bahwa Jembatan Dwara Angkara memiliki fungsi penting dalam mengatasi kemacetan lalu lintas.

"Dulu, di persimpangan ini, semua kendaraan harus berhenti di traffic light dan bergantian lewat. Hal ini sering menyebabkan antrean panjang, terutama pada jam-jam sibuk. Sekarang, dengan adanya flyover, kendaraan bisa terus melintas tanpa hambatan dan antrean," ujarnya.

Djoko juga menyoroti efisiensi yang diberikan oleh flyover tersebut, terutama dalam mengurangi waktu tempuh. Dengan pengurangan hambatan, arus lalu lintas menjadi lebih lancar dan mengurangi potensi kecelakaan yang sering terjadi di persimpangan padat.

"Keberadaan flyover ini memberikan dampak langsung terhadap waktu perjalanan yang lebih singkat, sehingga kendaraan dapat sampai tujuan dengan lebih cepat dan aman," tambah Djoko.

Selain itu, Djoko juga memberikan catatan terkait pembangunan dua flyover (flyover Dwara Angkara dan flyover Bandara Ahmad Yani) di persimpangan yang sama. "Mestinya cukup satu flyover, tidak perlu ada dua flyover pada persimpangan yang sama," katanya.

Pengamat ekonomi yang juga Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti, juga menyatakan flyover Madukoro memiliki fungsi utama untuk memperlancar akses transportasi. Esther menyatakan bahwa keberadaan flyover ini sangat bermanfaat dalam mengatasi kemacetan, terutama di area yang sering menjadi titik padat lalu lintas.

"Flyover ini memang sangat berguna untuk memperlancar akses transportasi dari atau ke Bandara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tanjung Emas. Selain itu, flyover ini juga membantu mengurangi potensi kemacetan dan antrean panjang yang sering terjadi di perempatan Madukoro," ujarnya.

Esther menyampaikan manfaat flyover untuk menghindari banjir yang sering terjadi di area tersebut, terutama pada musim hujan. "Salah satu keuntungan lainnya adalah flyover ini dapat menghindari terjadinya banjir yang sering melanda area sekitarnya. Dengan adanya flyover, kendaraan bisa tetap berjalan dengan lancar meskipun kondisi cuaca tidak mendukung," tambahnya.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro itu juga mencatat bahwa meskipun flyover ini dapat mempermudah akses transportasi, dampaknya terhadap pengembangan pariwisata masih terbatas.

"Kalau untuk mempermudah pengembangan pariwisata, saya rasa belum terlalu signifikan. Lebih kepada memperlancar akses transportasi dari Bandara Ahmad Yani ke kota atau sebaliknya, serta untuk menghindari banjir yang menjadi masalah utama di wilayah ini," pungkas Esther.

 

 

Editor : Enih Nurhaeni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network